Lihat ke Halaman Asli

Dr. Herie Purwanto

TERVERIFIKASI

PNYD di KPK (2016 sd. Sekarang)

Mahligai yang Bahagia

Diperbarui: 6 Juli 2023   13:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto dokumentasi pribadi

Perempuan itu menatap diri di depan cermin. Ia melihat, pada wajahnya sendiri sudah terbit kemantapan hati untuk menerima lamaran dari Sang Pujaan Hatinya. 

Kemantapan hati ini karena sudah tidak ada keraguan di hatinya, bahwa ia tetap bisa menjaga dan merawat orang tua yang sakit. Kemarin, pertentangan batin itu masih terjadi. Ia, sebagai perempuan, memahami bahwa tuntutan agamanya mengajarkan, bahwa setelah menikah, seorang istri wajib untuk mengikuti suaminya.

Namun, di sisi lain ia sebagai anak yang ingin menunjukan bakti dan kasih sayang pada orang tua. Maka, tidak mungkin ia tinggalkan setelah pernikahan. 

Ketika, sore tadi, Sang Pujaan Hatinya kembali meyakinkan bahwa kelak bila sudah menikah, tidak mempermasalahkan bila tetap harus tinggal di rumah dan merawat orang tua, bagai menjadi tetesan embun yang menyejukan hati.

Ia, perempuan yang tidak ingin mengelak dari kodrat. Usianya yang sudah saatnya untuk menikah, tidak munafik akan kebutuhan kasih sayang dari lelaki. Ia mendengar kajian rohani dari seorang Ustad, yang mengatakan jadilah wanita yang cerdas ketika dihadapkan pada pilihan sebagaimana tengah ia hadapi. Ia ingin menjadi istri dan sekaligus masih ada kesempatan merawat orang tua. 

"Itu adalah perempuan yang cerdas. Ia tidak menyembunyikan kodratnya sebagai perempuan yang sudah saatnya untuk berumah tangga. Ketika datang lelaki yang siap berumah tangga serta tidak keberatan tetap bisa merawat orang tua, ia akan mendapat dua keuntungan sekaligus."

Masih kata Ustad tersebut : " Yang pertama, ia memperoleh suami pilihan hatinya yang penuh pengertian, yang kedua masih bisa berbakti pada orang tua." 

Perempuan itu masih di depan cerminnya. Masih tergiang lagi ucapan Ustad yang kian memantapkan hatinya. 

"Akan banyak keberkahan dengan tidak menunda-nunda pernikahan. Terlebih terhadap lelaki yang beritikad baik menjalankan sunnah Rosul tersebut. "

Kemantapan hati Sang Perempuan, sudah terjawab. Yang menjadi permasalahan, pernikahan model apa yang akan dilaksanakan, dalam keadaan orang tua yang tengah sakit? 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline