Lihat ke Halaman Asli

Dr. Herie Purwanto

TERVERIFIKASI

PNYD di KPK (2016 sd. Sekarang)

Kesenyapan Hati Orangtua

Diperbarui: 5 Juli 2023   17:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Dokumen Pribadi

Seorang lelaki tua, usianya hampir tujuh puluh lima tahun duduk di teras rumahnya. Di sampingnya, Sang Istri yang juga sudah menua. Beliau berdua, seias sekata dalam duka dan gembira bersama. Mengarungi bahtera rumah tangga dengan segala permasalahan, bisa beliau berdua hadapi dengan sikap yang iklas dan istiqomah bersyukur.

Sang Lelaki menatap puncak bukit yang tak jauh dari ia duduk. Matanya merawang jauh ke sana. Pun, istrinya, lebih banyak diam, namun dari jemari tangan kanannya bergerak perlan. Jemari tersebut terus bergerak dan bibirnya perlahan melafal asmaul Husna. Sang Istri tengah berdzikir. Angin sore itu, berhembus perlahan, terlihat dari dedaunan yang ikut bergerai perlahan.

Di rumah harapan tersebut, keduanya menghabiskan hari-hari. Hampir selalu duduk di situ, menunggu setengah jam datangnya waktu mahgrib. Sebuah kesenyapan yang penuh dengan kerinduan.

Kelima anak mereka sudah berpisah. Mereka hidup dengan pasangannya masing-masih. Meski di luar kota, bila di jangkau dengan kendaraan, tidak lebih dari 2 atau tiga jam. Namun, sesuai dengan kehendak alam, mereka selalu saja disibukan dengan kegiatannya. Kegiatan mengurus rumah tangga mereka, dengan rengekan anak-anak yang kadang tidak enak badan, kurang doyan makan atau sedikit nakal. Belum lagi, harus fokus pada pekerjaan mereka.

Terdengar suara: "Sebentar lagi magrib. Malampun akan tiba."

Senyap lagi. Namun segera dilanjutkan suara Sang Istri : " Ya, Suamiku. Memangnya kenapa? Kok tiba-tiba berkata seperti itu? "

"Tidak apa-apa, hanya saja ingin mengatakan seperti itu. Memang sebentar lagi magrib dan kesenyapan malam akan tiba juga. Sepertinya, jalan kehidupan akan seperti itu. Seperti yang kita alami. Ingat, dulu jam-jam segini, anak-anak kumpul bersama kita. Kamu, mempersiapkan diri untuk makan bersama, sebelum magrib tiba."

"Kangen sama anak dan cucu? Mereka sibuk."

Ada gelengan kepala, namun terasa berat.

"Mereka kan baru dua atau tiga hari yang lalu ke sini. Bahkan hari Minggu kemaren semua kumpul di sini. Makan bersama seperti dulu, bahkan kini sudah ditemani cucu-cucu yang lucu. Lebih ramai dari yang dulu."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline