Lihat ke Halaman Asli

Dr. Herie Purwanto

TERVERIFIKASI

PNYD di KPK (2016 sd. Sekarang)

Menapak Tangga, Menjemput Lailatul Qodar

Diperbarui: 13 April 2023   08:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto dokumen pribadi

Sepasang kaki, perlahan menatap trap-trap tangga. Pemilik sepasang kaki tersebut, begitu yakin ia mampu melewati hingga puncak tangga. Walau ia sadari tangga tidak lurus, namun kadang berbelok dan terus naik tajam. Untuk ukuran usia-ia sadar diri, sehingga ia atur nafas dan langkah. Meski pelan namun menjadi sebuah kepastian. Rasa senang dan bahagia menghujam dadanya, sehingga dengan cara seperti itu ia yakini bisa menjalankan misinya dengan baik. Satu hal lagi yang ia pasang kuat dalam dirinya, adalah keiklasan ketika ia memulai ayunan kaki menaiki trap-trap tangga tersebut.

" Saya harus memaksa kaki ini melangkah. " Ucap batinnya.

"Mengapa? " Bersamaan muncul pertanyaan.

" Karena dengan memaksa diri, saya bisa raih kemenangan. "

" Yakin? "

" Insha Alloh, untuk berbuat baik, menjalankan ibadah, perlu juga pemaksaan diri. Kita jangan kalah dengan hasrat, emosi atau ketidaksiapan diri. Siap atau tidak siap, harus siap. "

Begitu kata batin yang menjelma menjadi sebuah dogma yang menginternalisasikan pada perbuatan yang nyata.

Foto dokumen pribadi

Sebuah tangga yang kita lalui, berawal dari trap yang pertama, kedua, ketiga dstnya hingga ke trap terakhir tangga tersebut. Bila tangga yang akan dilalui ada puluhan trap, tentu sudah dipersiapkan sebarapa kemampuan kita untuk menapak tangga tersebut. Jangan sampai, tenaga habis di tengah jalan, sehingga diputuskan untuk kembali turun. Namun ada kalanya, meski di tengah trap tangga tenaga seperti sudah habis dan tidak mampu lagi, ada yang mengatur siasat dengan berhenti beberapa helaan nafas, baru kemudian melanjutkan menapak tangga dengan langkah yang lebih pendek dan perlahan. Baginya, yang utama adalah bisa sampai pada puncak tangga.

Pun demikian halnya, ketika di hari puasa di bulan Ramadan, yang sudah terlalu beberapa hari yang lalu. Sekarang, sudah hampir finish di puncak tangga. Bila kemudian ada rasa seperti tak kuasa untuk meneruskan rangkaian ibadah puasa, tentu menjadi sebuah keprihatinan. Karena seharusnya, justru dalam posisi sekarang, dengan sisa tenaga yang ada, kaki harus lebih kuat menapak sisa hari dengan kualitas ibadah yang lebih bagus. Ada malam yang dijanjikan Alloh, lebih utama dari 1000 bulan bila melakukan kebaikan-kebaikan. Malam tersebut adalah Lailatul Qodar, seolah teranalogkan sebagai puncak tangga tadi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline