Ada banyak sudut pandang sih. Tapi kali ini saya menyuguhkan satu dari sekian sudut pandang itu. Berikut adalah sudut pandang anak dusun, udik dan ndeso. Bukan untuk menyudutkan, melemahkan urat syaraf, menundukkan atau menyiutkan. Bukan. Sebaliknya, saya mau mengatakan yuk.. mari bangkit dengan sudut pandang yang unik.
Saat saya masih muda, saya terbebani dengan kata-kata,"Kamu HEBAT, tetap HEBAT, harus HEBAT". Frase yang bagi saya sebagai orang yang besar di lereng Gunung Merapi, begitu awang-awang. Apa sih HEBAT itu? Memang ada orang HEBAT? Siapakah yang HEBAT? Bagian mana HEBATnya?
Pertanyaan menjalar kemana-mana; bukankah semua orang punya sisi? Sisi baik, kurang baik, agak baik? Menurut saya semua serba GRADASI. Sekali lagi saya bertanya tak ada habisnya. Bukankah manusia punya masa? Masa jaya. kurang jaya, agak jaya, awal kejayaan? Gradasi saja!
Sebagai anak kampung, saya sungguh mengamini bahwa HIDUP adalah KARUNIA, ANUGERAH, dari mana? TUHAN. Titik. Tidak bisa tawar menawar. Harap maklum wkwkwkwk.
Sebagai orang gunung, cukup bagi saya untuk selalu bersyukur atas hidup ini melalui doa yang menjalar lewat karya; mencangkul di sawah, mencari rumput, mengairi tanaman, merawat kembang dan buah. Dan itu bukan hebat! Itulah ucap rasa syukur yang mendalam.
Semakin saya dewasa, mengucap syukur ternyata semakin luas dan dalam artinya. Ketika saya ditolak cewek namun masih ada harap kelak di sana ada yang dari Tuhan sudah tersedia.
Ketika sekolah nilai jeblog namun masih ada sepercik semangat untuk belajar lagi dan lagi. Ketika lulus S1 belum mendapat kerja namun masih ada semangat beribadah dan percaya Tuhan punya rencana. Itu saja. Itu pun bukan hebat!
Menurut saya, hidup ini begitu simpel dan sederhana, seperti nafas; hidup itu satu ditambah satu. Melihat sih boleh saja luas jauh ke depan kiri - kanan, namun menapaki kehidupan cukup langkah demi langkah, satu per satu.
Kata 'HEBAT' justru membuat takut anak kampung seperti saya untuk melangkah. Mari melangkah, satu demi satu, satu saja! Jika sudah, tambah satu, lalu satu, lalu satu yang lainnya, begitu seterusnya! SEDERHANA.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H