Lihat ke Halaman Asli

Herry Gunawan

seorang pemuda yang peduli

Kontestasi Politik: Belum Titik, Masih Ada Pekerjaan yang Harus Ditelisik

Diperbarui: 1 Desember 2024   07:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Petugas TPS - tirto.id

Bangsa ini baru saja menggelar Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak, salah satu proses demokrasi penting yang melibatkan masyarakat secara langsung dalam menentukan pemimpin daerah. Kali ini kita bisa bilang lebih damai dibanding dua Pilkada sebelumnya yang banyak menyisakan residu segregasi di masyarakat. Meski demikian, tidak sepenuhnya ruang publik dan ruang maya senyap dari perdebatan, pertengkaran, permusuhan dan perundungan antar kelompok yang berbeda pilihan politik.

Proses Pilkada itu mencerminkan bagaimana interaksi nilai-nilai demokrasi, budaya, dan agama dalam masyarakat majemuk. Sah-sah saja ketika berbeda pilihan politik, namun menjadi tidak asyik ketika dukungan kepada paslon kebablasan sehingga tidak dapat mempersembahkan persaingan yang sehat antar para pendukung, pada akhirnya hal-hal tercela yang tidak etis dipertontonkan. Itulah mengapa setelah Pilkada ini usai masih ada pekerjaan rumah yang harus cepat diselesaikan, yakni membangun kembali persatuan yang renggang.

Walau memang Pilkada masih dalam proses perhitungan berjenjang tapi melalui perhitungan cepat setidaknya sudah bisa diketahui siapa yang menjadi pemenangnya. Kelompok pemenang sebaiknya tidak usah jumawa dan berlebihan dalam merayakan kemenangan, kelompok yang kalah sebaiknya legowo dan tidak memainkan drama 'kecurangan' yang dituduhkan kepada pihak pemenang.

Kalau memang ada indikasi kecurangan hendaklah diperjuangkan dengan cara-cara yang santun dan beradab, bukannya menuding dan gembar-gembor. Ingatlah, meski saat ini tidak menjadi pemenang namun kalian tetap seorang calon pemimpin, buktikan bahwa memang kalian layak disebut pemimpin, bila tidak saat ini, bisa jadi di masa yang akan datang, buatlah rekam jejak yang pantas dan layak sebagai seorang pemimpin. Ikuti dan taati hukum yang berlaku untuk menyelesaikan indikasi kecurangan yang terjadi.

Kedua kubu baik pemenang maupun yang tidak, saat ini saatnya kalian bertanggung jawab memimpin pendukung kalian untuk menyudahi kontestasi dan melakukan rekonsiliasi, berdamai dan bersatu kembali untuk bersama-sama membangun bangsa ini di daerah masing-masing. Mari bersama-sama membangun masyarakat yang toleran terhadap perbedaan karena dengan itu akan tercipta keragaman pemikiran, diskusi yang kaya, dan inovasi intelektual yang lebih luas.    

Mari kita perkuat diri terhadap virus politik identitas agar kedepan kita tidak lagi terinveksi dengannya. Jangan lagi kita terkecoh ketika politik identitas hanya dijadikan senjata oleh para kontestan untuk meraup kemenangan. Jangan tertipu apa yang mereka bungkus dengan agama, fokuslah pada kapabilitas mereka sebagai seorang pemimpin. Tingkatkan kedewasaan kita dalam melihat kemampuan dan kecakapan melebihi latar belakang perbedaan primordial agar demokrasi menjadi sehat, karena demokrasi yang sehat akan melahirkan pemerintahan yang kuat.

Semoga ke depan, kontestasi politik di Indonesia semakin sehat dan kita semakin dewasa. Kalah dan menang adalah keniscayaan, yang terpenting kita harus menghargai proses politik yang ada, tanpa terus meratapi kekalahan dengan isu yang tidak produktif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline