Indonesia memasuki babak baru dengan dilantiknya Presiden ke-8 Prabowo Subianto dan wakilnya Gibran Rakabuming pada tanggal 20 Oktober 2024 lalu. Setiap pergantian pemimpin negeri ini tentu membangkitkan harapan baru rakyat Indonesia, sah-sah saja ketika rakyat menaruh ekspektasi pada setiap pemimpin baru negeri ini dan kabinet yang dibentuknya sebagai satu kesatuan dalam menjalankan amanah rakyat. Harapan tertinggi mungkin terciptanya perdamaian di Indonesia tercinta ini. Mengapa perdamaian? Meminjam istilah yang disampaikan oleh Paus Fransiskus dalam sambutannya di istana negara ketika beliau berkunjung ke Indonesia yaitu 'opus justitiae pax' perdamaian adalah karya dari keadilan. Selain itu perdamaian menjamin stabilitas sebuah negara, juga menjadi tolak ukur baik di bidang perekonomian, sosial, dll.
Rasanya kita bisa berharap lebih kali ini untuk masa depan perdamaian di tanah air karena melihat transisi kepemimpinan tertinggi negeri ini berlangsung mulus. Transisi kekuasaan dari Presiden Jokowi kepada Prabowo subianto disebut-sebut akan menjadi yang terbaik sepanjang sejarah Republik Indonesia. Hal ini patut kita akui terlepas dari berbagai kontroversi yang mengarah kepada presiden RI ke-7 belakangan ini. Proses transisi yang dilakukan dengan cermat dan terstruktur ini menjadi bukti kematangan politik. Mempersiapkan regenerasi kepemimpinan yang dilakukan Presiden Jokowi merupakan komitmennya dalam menjaga kesinambungan pembangunan dan stabilitas nasional juga mencerminkan kematangan proses berdemokrasi.
Dari segi perekonomian ini juga memberikan dampak positif karena investor domestik dan asing akan melihat stabilitas politik sebagai sinyal kuat bahwa Indonesia tetap aman dan menguntungkan untuk berinvestasi. Hal tersebut juga sekaligus menjadi bukti bahwa kita mampu menjalankan proses demokrasi dengan damai dan teratur, yang mana ini dapat memperkuat posisi Indonesia di kancah internasional.
Kebesaran hati kedua pemimpin negeri ini patut kita apresiasi, dengan mengesampingkan ego Prabowo mau menerima uluran tangan Jokowi untuk masuk dalam kabinet pemerintahannya pada saat menjadi presiden terpilih tahun 2019. Meski menuai kontroversi, namun kita melihat tindakan tersebut menjadi penyelamat kondisi masyarakat Indonesia yang sudah sedemikian terpolarisasi karena efek kontestasi pemilu yang diawali dari pemilu 2014 hingga pemilu 2019. Kondisi yang pada saat itu bak 'api dalam sekam' lambat laun bisa diredam dengan bersatunya mereka di pemerintahan. Proses rekonsiliasi terus berkesinambungan dengan majunya Prabowo yang mengusung tema keberlanjutan bukan perubahan.
Pihak-pihak yang belum bisa terima akan kebesaran hati kedua pemimpin itu, tentu saja masih ada. Keadilan di negeri ini juga masih harus terus diperjuangkan, perekonomian Indonesia dan kesejahteraan rakyatnya masih harus ditingkatkan, korupsi masih harus menjadi fokus pemerintah. Diawali dengan proses transisi yang mulus, semoga ini membawa terciptanya perdamaian sebagai mahakarya dari keadilan di negeri ini, aamiin...
Buat kalian-kalian yang masih menentang pemerintahan yang syah Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming, tolong di ingat-ingat doa dan harapan kalian di tahun 2014 dan 2019 yang menginginkan Prabowo menjadi presiden RI mungkin baru diijabah di tahun ini oleh Allah SWT. Percaya kan, kalau Allah SWT tunda pengabulan doa artinya, pada saat itu mungkin bukan waktu terbaik, oleh karena itu dukung dan kawal Pak Prabowo, doakan yang terbaik buat pemerintahannya dan juga Indonesia tercinta ini. Semoga dapat terwujud perdamaian yang menjadi mahakarya keadilan di negeri ini. Beraksilah sekarang, sekecil apapun yang kamu bisa lakukan! Allah SWT akan mencatat dan membalas perbuatan baik meski hanya sebesar biji zarah, dan setiap perbuatan baik akan kembali kepada pelakunya. Pun begitu dengan kejahatan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H