Lihat ke Halaman Asli

Herry Gunawan

seorang pemuda yang peduli

Ibadah Qurban untuk Meneguhkan Kepedulian dan Kebersamaan

Diperbarui: 1 Juli 2023   22:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Damai Itu Indah - jalandamai.org

Kalimat takbir dan tahmid dikumandangkan oleh lebih dari dua milyar umat muslim untuk memuji dan mengagungkan asma Allah SWT dari setiap sudut kehidupan, masjid, surau, kampung-kampung, gunung-gunung, pelosok negeri dan berbagai belahan dunia. Iramanya memenuhi ruang kehidupan dimulai saat fajar tenggelam menyambut datangnya hari raya Idul Adha keesokan hari.

Dalam suasana hari raya Idul Adha atau yang disebut juga dengan Idul Qurban ini, marilah kita menghayati dan mengaktualisasikan makna dan pesan-pesan luhur ibadah qurban dalam Islam, baik sebagai hamba Allah maupun sebagai Khalifatullah, baik sebagai umat maupun warga bangsa yang tidak terlepas dari misi agama untuk menghadirkan kemaslahatan dan kesejahteraan bagi sesama.

Membumikan syariat qurban bukan sekedar ritual penyembelihan binatang akan tetapi merupakan pesan mendasar ajaran Islam untuk membentuk karakter kesalehan individu sekaligus kesalehan sosial dalam menegakkan aksi-aksi kemanusiaan yang nyata demi terwujudnya kemaslahatan dan kesejahteraan. Ibadah qurban adalah ibadah yang sarat dengan pesan sosial dan nilai kemanusiaan, ia bukan sekedar ritus persembahan untuk meningkatkan kualitas spiritual seseorang, bukan juga kesempatan buat orang mampu untuk menunjukkan kesalehan individu dengan harta kekayaannya.

Ibadah qurban pada hakikatnya bertujuan memperkuat dan mempertajam kepekaan muslim terhadap kondisi dan keprihatinan masyarakat sekitarnya sebagai manifestasi dari tugas khalifatullah fil Ardl (pengelola bumi) dalam memakmurkan bumi dan meluhurkan kemanusiaan.

Pada abad 18 SM saat Nabi Ibrahim as mengemban tugas kenabian adalah masa yang dikenal sebagai era maraknya praktek qurban manusia yang dipersembahkan kepada dewa-dewa atau atau tuhan mereka. Sementara perintah Allah SWT kepada kholilullah Ibrahim as untuk menyembelih anaknya Ismail hendak menyampaikan pesan dan pelajaran kepada manusia bahwa sesungguhnya bukanlah suatu yang berarti bila Allah telah menghendaki.

Pada hakikatnya apapun yang dimiliki yang dimiliki dan dikuasai manusia sejatinya adalah sekedar titipan belaka dari Allah SWT. Peristiwa monumental itu juga mengandung 'ibrah (pelajaran), bahwa Allah SWT sangat sayang dan menjunjung tinggi harkat, martabat dan jiwa manusia, sehingga Allah sama sekali tidak memperkenankan manusia dijadikan qurban penyembelihan (baca; pembantaian) atau sebagai tumbal untuk kepentingan apapun yang pada akhirnya mengakibatkan tercucurnya darah atau lenyapnya nyawa manusia.

Bahkan Islam mengutuk keras perbuatan semacam itu dan menggolongkannya dalam prilaku kesyirikan dan dosa yang amat besar. Karena itu, ajaran Islam tidak pernah mentolerir terjadinya kekerasan, kebrutalan dan penindasan dalam bentuk apapun yang mengakibatkan tertumpahnya darah atau penderitaan umat manusia. Sejak kehadirannya, Islam telah memproklamirkan sebagai diinurrahmah (agama pembawa kasih sayang).

Sebab itu, adalah paham yang sangat menyesatkan, bila ada yang mengaitkan ajaran Islam dengan aksi-aksi kekerasan, gerakan terorisme dan perilaku ekstrim dalam praktek keberagamaan karena ajaran semacam ini tidak memiliki landasan dan tempat sama sekali dalam syariat Islam. Justru sebaliknya, Islam sangat menjunjung tinggi kedamaian, kerukunan, keharmonian dan kasih sayang kepada seluruh umat manusia, tanpa membedakan, suku, ras, bangsa dan agamanya.

Kita dapat menangkap pesan dan 'ibrah dari peristiwa besar yang tidak ada duanya dan tidak akan terulang kedua kalinya dalam sejarah umat manusia itu, dapat disinyalir bahwa muslim sejati adalah yang memiliki kecintaan dan kepatuhan mutlak kepada Allah SWT melebihi kecintaannya kepada siapapun dan apapun. Kecintaan manusia kepada siapa dan apa saja selalu didasari karena kecintaannya kepada Allah SWT.

Perjuangan Nabi Ibrahim AS dan putranya, Ismail AS hendaknya dapat dijadikan wahana introspeksi diri atas ketaatan manusia dalam memegang teguh syariat Islam, untuk selanjutnya ritualitas qurban diharapkan mampu membentuk pribadi muslim yang peduli terhadap masyarakat dan lingkungan sekelilingnya, sebagai manusia yang siap berkorban dan mengulurkan tangan untuk membantu dan meringankan penderitaan kepada sesama, terutama kepada umat yang lemah dan membutuhkan (kaum dhuafa dan masakin).

Semoga momentum Idul Adha yang agung ini benar-benar mampu memperkuat tatanan kehidupan masyarakat yang berlandaskan nilai-nilai agama, akhlak karimah, kebersamaan, persaudaran dan kepedulian kepada sesama demi terwujudnya masyarakat Indonesia yang berharkat dan bermartabat, sejahtera dan berperadaban dalam naungan ridho, maghfirah dan rahmat Allah SWT.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline