Indonesia merupakan negara kepulauan, yang mempunyai ribuan pulau yang terbentang dari Aceh hingga Papua. Dalam setiap pulau, terdapat berbagai macam keragaman suku, budaya, bahasa, adat istiadat dan agama.
Kondisi ini sangat berbeda dengan negara pada umumnya. Keberagaman di Indonesia merupakan anugerah yang diberikan Tuhan kepada kita semua. Karena itulah menjadi tugas kita bersama untuk tetap mempertahankan dan melestarikannya. Hal ini dimaksudkan agar keberagaman nilai-nilai kearifan lokal warisan leluhur tidak akan hilang begitu saja.
Keberagaman di Indonesia sudah tidak perlu diragukan. Keberagaman itu akan bisa membawa Indonesia menjadi negeri yang indah, seperti taman yang dihiasi beraneka macam bunga.
Namun, indahnya taman bunga itu juga bisa menjadi potensi konflik, jika tidak ada toleransi di dalamnya. Jika bunga merah tidak terima dengan bunga putih karena dianggap minoritas, maka taman akan berisi warna merah saja.
Putihnya hilang. Begitu juga dengan bunga warna kuning, hijau atau yang lainnya, tidak akan terlihat di taman tersebut.
Dalam kehidupan nyata juga demikian. Ada yang beranggapan bahwa Islam adalah agama mayoritas. Karena mayoritas, maka segalanya harus dilandasikan pada syariat Islam.
Lalu bagaimana dengan masyarakat non muslim? Kelompok radikal menganggap mereka kafir, sesat dan segala macamnya. Bahkan, kelompok seperti Ahmadiyah pun juga masih seringkali dianggap sesat dan mendapatkan diskriminasi, hanya karena dianggap minoritas.
Faktanya, diskriminasi karena merasa mayoritas, merasa paling benar, merasa paling suci masih terjadi di sekitar kita. Bahkan, seiring dengan kemajuan zaman, provokasi kelompok radikal semakin masif di media sosial.
Pemerintah seringkali disalahkan karena kebijakannya dianggap tidak berpihak pada mayoritas. Bahkan di masa pandemi seperti sekarang ini, ketika pemerintah membatasi aktifitas di tempat ibadah, juga mendapatkan respon negative. Masyarakat yang tingkat literasinya rendah, berpotensi terprovokasi oleh informasi menyesatkan ini.