Jika membaca judul di atas, tentu kita sudah tidak asing lagi dengan kata jihad, hoaks dan kebencian. Ya, kata tersebut seringkali muncul dalam beberapa tahun belakangan ini. Banyak orang yang salah mengartikan kata jihad, sampai akhirnya terjerumus dalam perilaku yang mengarah pada hoaks dan kebencian. Banyak orang salah memahami jihad, sampai akhirnya terjerumus dalam lubang intoleransi dan radikalisme. Mari kita jadikan bulan Ramadan yang penuh dengan keberkahan ini, sebagai titik awal untuk mengobarkan jihad yang benar, untuk melawan hoaks dan kebencian.
Salah satu jihad yang bisa dilakukan adalah dengan cara berpuasa. Puasa tidak hanya jihad mengendalikan hawa nafsu, tapi juga bisa mengendalikan lisan dan perilaku. Barang siapa di bulan Ramadan ini justru melakukan tindakan yang merugikan, niscaya akan mengancam pahala puasanya. Dan sadar atau tidak, orang-orang yang menebar hoaks dan kebencian di bulan Ramadan, sungguh akan sangat menyesal karena akan dijauhkan dari keberkahan.
Di bulan puasa ini, umumnya masyarakat akan memperbanyak berbuat baik. Salah satunya adalah berbagi makanan untuk berbuka, berbagi sedekah kepada orang yang tidak mampu, saling mendoakan agar senantiasa diberi kesehatan dan keselamatan. Puasa juga belajar untuk meningkatkan kepedulian antar sesama. Puasa juga mengajarkan tentang arti kebersamaan. Sholat berjamaah, membaca al quran secara bersama-sama, dan berbagi bersama-sama, masih banyak aktifitas lain yang bisa dilakukan secara bersamaan.
Dengan menjalankan puasa, secara tidak langsung kita telah melakukan jihad untuk melawan hoaks dan kebencian. Orang yang berpuasa seharusnya tidak mengeluarkan pernyataan yang menyesatkan. Perilakunya pun memperlihatkan perilaku yang toleran. Karena itulah, berpuasa merupakan ibadah yang sangat ditunggu-tunggu oleh umat muslim, terlebih di bulan Ramadan seperti sekarang ini.
Tak dipungkiri, di era digital ini penyebaran hoaks dan ujaran kebencian memang sangat masif sekali. Ironinya, hoaks dan hate speech sengaja digunakan oleh oknum tertentu, untuk merusak kedamaian di negeri ini. Di tahun politik, hoaks dan hate speech digunakan untuk menyerang pasangan calon tertentu, yang bisa memicu konflik antar pendukung. Ini artinya, persatuan dan kesatuan yang selama ini terjaga bisa berpotensi terbelah. Ini baru urusan politik, belum lagi urusan keberagaman, urusan perbedaan keyakinan yang terus manfaatkan kelompok radikal untuk menebar provokasi.
Saatnya untuk melakukan introspeksi. Di bulan Ramadan ini mari kita meningkatkan introspeksi, merenungkan segala kesalahan yang telah dibuat dan berkomitmen untuk tidak mengulangi lagi. Puasa juga bisa dijadikan momentum untuk menguatkan diri, untuk berkomitmen terus mengendalikan diri dan melawan segala bentuk hoaks dan kebencian.
Ingat, negeri ini sangat butuh generasi yang bisa menebar inspirasi, pesan damai, dan kekuatan baru. Negeri ini tidak butuh generasi perusak, yang hanya bisa menebar kebencian di tengah masyarakat. Mari belajar dari sejarah. Ratusan tahun kita hidup dalam penjajahan karena tidak percaya dengan kekuatan sendiri. Selama ratusan tahun hidup dalam adu domba, yang membuat antar pribadi bisa saling menjatuhkan dan melemahkan.
Setop hoaks dan kebencian, saatnya menggelorakan api jihad untuk terus melawan hoaks dan ujaran kebencian. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H