Kita sepakat tidak ada agama apapun di dunia ini yang mengajarkan keburukan. Tidak ada satupun agama yang mengajarkan kebencian, atau mengajarkan perilaku provokatif.
Jika kita lihat sejarah pun, tidak ada sejarah penyebaran agama yang mengajarkan kekerasan di bumi Indonesia. Semuanya disebarkan dengan cara santun, tidak ada unsur pemaksaan. Dan ketika berkembang, agama-agama tersebut bisa saling berdampingan dalam keberagaman.
Ketika Islam masuk ke tanah Jawa misalnya, masuk dengan cara santun melalui Wali Songo. Para Wali ini justru mengadopsi budaya-budaya lokal yang telah ada. Bahkan agama-agama yang sudah ada sebelumnya, juga tidak pernah dijelekkan, dicaci, ataupun dipersalahkan karena tidak sesuai dengan ajaran Islam.
Terbukti agama Hindu dan Budha yang telah ada sebelum Islam masuk, masih tetap ada hingga saat ini. Yang menarik, Islam juga berhasil berakulturasi dengan budaya Jawa, Betawi, atau daerah yang lain.
Islam juga mampu berakulturasi dengan unsur Kristen, Hindu dan Budha. Dan semuanya itu bisa kita lihat dalam jejak bangunan kuno yang masih ada hingga saat ini.
Satu hal yang perlu diingat adalah bahwa Indonesia ini merupakan negara yang dipenuhi keberagaman, negara yang sangat majemuk. Meski dalam perkembangannya Islam menjadi agama mayoritas di Indonesia, namun Indonesia bukanlah negara Islam.
Karena Indonesia adalah negara yang beragama, yang juga mengakui keberadaan Katolik, Protestan, Hindu, Budha dan Konghucu. Dan agama-agama itu masih ada hingga saat ini, saling berdampingan dalam wadah negara kesatuan republik Indonesia.
Begitulah sejatinya agama-agama yang ada di Indonesia. Saling menghargai dan mengedepankan perdamaian. Namun jika ada pihak-pihak yang mengatasnamakan agama tertentu, tapi justru melontarkan pernyataan yang provokatif, sering menebar kebencian dan penghasutan, tentu tidak dibenarkan.
Jika ada pihak baik secara perseorangan atau kelompok dalam bentuk ormas yang mengatasnamakan agama, masih sering melakukan perilaku yang tidak baik, semestinya bisa introspeksi. Karena agama pada dasarnya cinta damai.
Mari kita lihat apa yang terjadi saat ini. Dalam beberapa pekan terakhir, ormas FPI ramai jadi perbincangan setelah HRS pulang dari Arab Saudi. Sepulangnya dari tanah suci, HRS mengundang seluruh simpatisannya untuk datang ke rumahnya, untuk menghadiri pernikahan putrinya dan menggelar Maulid Nabi.
Dalam kesempatan tersebut tidak ada arahan untuk mengedepankan protokol kesehatan. Bahkan dalam dakwah yang dilakukan ketika itu, HRS cenderung mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang tidak sepantasnya. Kini, HRS ditetapkan sebagai tersangka setelah 2 kali pemanggilan tidak hadir, atas tuduhan penghasutan dalam kasus kerumunan.