Lihat ke Halaman Asli

Herry Gunawan

seorang pemuda yang peduli

Selamatkan Generasi Milenial dari Pengaruh Hoaks dan Kebencian

Diperbarui: 1 Februari 2019   08:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita Semua Bersaudara - jalandamai.org


Perkembangan teknologi informasi memang menjadi hal yang tak terhindarkan. Kita tidak bisa membendungnya, dan semua orang harus bisa beradaptasi. Namun, dalam adaptasi juga harus diserta fondasi yang kuat, agar kita bisa menyerap mana informasi yang betul-betul mempunyai manfaat, dan mana yang tidak mempunyai manfaat. 

Kenapa fondasi ini penting? Karena saat ini sudah sulit sekali membedakan mana informasi yang valid dan mana yang hoax. Dengan kemajuan teknologi, rekayasa informasi bisa dilakukan, untuk mengelabuhi masyarakat. Terlebih budaya baca dan literasi di masyarakat masih rendah. Sehingga, masyarakat akan mudah sekali diprovokasi oleh informasi yang salah.

Tentu saja keberadaan berita hoax dan ujaran kebencian ini bukan tanpa sebab. Ujaran kebencian misalnya, dulu sering digunakan oleh kelompok radikal untuk melakukan propaganda di dunia maya. Propaganda ini dimunculkan untuk membuat masyarakat terprovokasi. 

Apalagi mereka seringkali menggunakan sentimen SARA dan mendistorsi nilai-nilai agama. Akibatnya, tidak sedikit dari generasi muda yang mudah marah, mudah menyalahkan orang lain, merasa dirinya paling benar, bahkan mereka juga berani melakukan tindakan intoleran.

Tidak hanya ujaran kebencian, informasi bohong alias hoax, juga mulai menjadi persoalan serius di Indonesia dan semua negara di dunia. Munculnya organisasi Saracen ketika itu, semakin memperkuat bahwa hoax sengaja diproduksi oleh pihak-pihak untuk kepentingan tertentu. 

Ada yang motifnya suka tidak suka, ada yang politis, hingga untuk kepentingan ekonomi. Karena faktanya Saracen ada karena adanya permintaan dari oknum tertentu. Tak lama kemudian muncul kelompok MCA. Mereka juga memproduksi hoax dan ujaran kebencian dan di tahun politik ini, masyarakat biasa pun bisa berpotensi menjadi penyebar hoax juga sudah terpapar kebencian.

Sudah banyak orang yang dipenjara karena menjadi penyebar hoax dan kebencian. Sudah banyak pula orang yang menjadi korban, karena terprovokasi. Dan sudah ada pula gesekan di masyarakat yang terjadi akibat hoax dan kebencian. 

Kalau sudah begini? Siapa sebenarnya yang dirugikan dari penyebaran hoax dan kebencian ini? Tentu kita sebagai masyarakat yang paling dirugikan. Nah, kalau memang kita yang paling dirugikan, maka kata harus membekali diri kita masing-masing, dengan budaya literasi yang kuat, dengan budaya yang kuat, agar kita tidak mudah terkena bujuk rayu hoax dan kebencian.

Jika kita sudah bisa menyelamatkan diri dari pengaruh negative ini, jangan lantas diam. Jangan hanya menjadi penonton. Aktiflah menjadi penyelamat untuk kepentingan yang lebih luas. Sebarkanlah nilai-nilai kearifan lokal yang memang menjadi karakter masyarakat Indonesia. 

Sebarkanlah informasi yang menginspirasi, bukan yang memprovokasi. Ingat, kita bukanlah tipikal masyarakat pemarah, tapi kita adalah tipikal masyarakat yang ramah. Kepedulian antar sesama harus terus dijaga, agar generasi penerus bisa mendapatkan teladan. 

Agar generasi penerus menjadi generasi yang toleran, yang menghargai keberagaman. Oleh karena itulah, jadilah penyelemat generasi penerus dari segala pengaruh hoax dan ujaran kebencian.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline