Untuk, Ibunda Terkasih
Ibunda, hari ini genap setahun kau meninggalkan kami di sini, kepergianmu yang diam-diam waktu itu, menyisakan luka yang teramat dalam bagi anak-anakmu. Di usia yang tak lagi muda, sebuah keputusan sulit telah kau pilih, terbang ribuan mil hanya untuk menenangkan diri dan menghindar dari semua peristiwa pahit yang tiba-tiba datang menghancurkan kehidupan kita.
" Nak izinkan aku untuk pergi". Katamu senja itu
" Tidak, apa yang hendak ibu cari, tetaplah bersama kami apapun yang terjadi ". Jawabku sendu
" Ibu hanya ingin lebih dekat padaNya dan semoga bisa membantu bebanmu, karena kamu tidak bersalah. " Jelasnya
" Tapi itu bukan pilihan terbaik bu, biarlah semua ini kita hadapi dengan tabah ". Tegasku
Percakapan sore itu, ternyata perbincangan kita yang terakhir, tiga hari kemudian, sebuah kabar pahit datang, dirimu tetap pergi tanpa restu kami. Hanya sebuah pesan singkat lewat teman pengajianmu. " Jangan khawatir, mungkin ini jalan terbaik bagi kita". Itulah pesan terakhirmu.
Sejak itu, kami berusaha mencari keberadaanmu, tujuannya hanya satu, membawamu pulang kembali dan berkumpul bersama kami. Sayang, setelah sebulan kami menemukan alamatmu di sebuah tempat pengiriman TKI, dirimu tetap berkeras tak mau pulang dan memilih untuk tetap pergi ke sebuah dunia yang teramat asing dengan segala berita miring yang selalu kami dengar. Inilah penyesalan terbesar kami sepanjang hidup, tak mampu meyakinkanmu untuk tetap bersama kami apapun yang terjadi.
Ibunda, saat hari lebaran lalu, kami hanya bisa menangis dan merindukanmu. Tak ada lagi masakan-masakan lezat yang selalu kau hidangkan, tak ada lagi senyuman manismu saat menyambut kami dan cucu-cucumu di pintu itu. Dan tahukah kami begitu terpukul saat mereka menanyakanmu.
" Ayah, nenek ke mana.?"
" Nenekmu, pergi jauh Nak." jawabku terbata sambil memeluknya