Lihat ke Halaman Asli

Herdoni Syafriansyah

Tidak Penting.

Fiksimini Herdoni Syafriansyah

Diperbarui: 24 Juni 2015   18:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dunia yang Terjungkal

—Filosofi Bolakaki

Pesepak bola itu benar-benar memaknai bolakaki. Tidak kena bola ia menendang kaki.

—Cermin

Wanita itu memperkosa dirinya sendiri.

—Sesal

Kembalikan perawan nenekku.

—Doa yang Menipu

“Tuhan sekiranya dompetku kembali, akan kusedekahkan sebagian uang di dalamnya”. Setelah dompetnya kembali, ia pun meloncat girang … Hore!! Tuhan tertipu.

—Nekad

Sebab cintanya tak kesampaian, ia protes pada Tuhan dan minta tandatangan persetujuan.

—Ilusi

Lelaki itu mabuk berat. Ia marah dan kesal melihat kucing yang terus mengeong di rumahnya. Setelah ia menyembelih makluk mengeong itu, ternyata itu adalah anaknya.

—Kau dan Aku

Engkau datang di tengah malam. Mengetuk-ngetuk pintu. Mencari kepalamu yang tertinggal. Lalu kuberikan kepala nenekku.

—Kesulitan Stok

Ia menggorok leher kambing dan mengambil darahnya, guna menyelamatkan nyawa anaknya yang pendarahan akibat kecelakaan.

—Teknik Membela Diri

Untuk kesekian kali playboy itu kedapatan selingkuh. “Sumpah sayang, dia bukan siapa-siapa. Bila aku berbohong, potonglah kepalaku …,” sang gadis menimbang ragu, lalu pemuda itu mendesis sangat kecil … “potonglah kepala ku … cingku.”

—Menyelamatkan Diri

Tampomas terbakar, ia menerjunkan dirinya ke dalam api

—Yang Harus Dibasmi

Di sela-sela pidatonya seorang pejabat berujar, “daerah kita harus menjadi daerah yang aman dan makmur. Seluruh perusuh dan penyengsara rakyat harus kita basmi”. Selesai berucap, ia pun tewas tertembak.

—Pocong

Selesai bermake-up, pocong itu pergi ke pasar malam. “Hai … Aku cantik sekali ‘kan? ...” katanya kepada setiap orang, tetapi semua orang pada berlari dan pingsan.

—Psikopat

Karena lapar, ular itu memakan habis tubuhnya sendiri hingga taring dan kepalanya pun tiada bersisa.

—Ending Bahagia

Setelah mempertemukan kekasihnya dengan pria idamannya. Pemuda itu tewas tertabrak mobil. Sedang gadis itu lekat berpeluk mesra bersama prianya. Sungguh ending yang bahagia.

—Doa

Selalu diucapkan senin pagi, “Mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Indonesia.” Sebab itulah hingga kini ia tak dapat masuk ke dalam. Hanya diantar dan di doakan sebatas pintu gerbang ...

—Menulis Peribahasa

Mengidamkan kambing yang tak terbeli, satenya pun akhirnya jadi.

—Teka-Teki

Kalimat buntung dilempar setan bunting?

—Pintu

Anggota Dewan itu, didalam KTP kerjanya tani.

—Cinta Gila

Karena tak ingin orang yang ia cintai dimiliki oleh orang lain, maka sang gadis itu pun terpaksa membunuh siapa saja yang berusaha mendekati dan mencintai dirinya, termasuk keluarganya sendiri yang mencintai dirinya.

—Kami Kesasar

Kami kesasar, seorang perempuan tua di pinggir jalan menatap nanar. “Bu, maaf! Kalau mau ke ‘sini’ kami lewat mana? Perempuan tua itu tetap diam menatap kami nanar, hati kami semakin tak enak. Lalu seorang gadis kecil muncul dari dalam rumah, “Om …, Om, maaf, Ibu ini sudah lama gila!”

—Di Sebuah Kompleks Perumahan

Datang tiba-tiba …, “Berapa kamu dibayar untuk memotong rumput halaman rumah ini?” Sejenak terpana lalu pria itu berkata, “Dua puluh ribu!”. “Besok, kamu potong rumput halaman rumahku, empat puluh ribu!” dan lelaki itupun ngeloyor berlalu. Sang pria tajam menatap lelaki itu menahan muak. Setelah meludah ia berkata, “Besok, kupastikan mengusirmu dari kompleks perumahan milikku ini. Dasar bedebah!”

—Bertandang

Sebuah Peribahasa menyatakan : “rumah seorang kawan tak pernah terasa jauh”. Tapi, kalau jalannya becek dan buruk, tetap terasa jauh juga.

—Sampai Mati

“Tak perlu kamu berusaha, rejeki tidak kemana-mana ...”

... dan pria tua itu pun melarat sampai mati.

—Cintaku yang Malang

Katanya, cinta sejati adalah cinta pada pandangan pertama? ... Maka malang sekali nasib diriku yang buta.

—Amnesia

Suatu malam yang sangat malam menjelang pagi yang sangat pagi, ia menemukan istrinya tewas di dalam rumahnya yang berselimut gelap. Bertahun-tahun ia menyimpan lekat dendam dan mencari-cari siapa pelakunya. Tanpa ia sadar, sesungguhnya orang yang ia cari adalah dirinya sendiri.

—Ingin Pergi

Seluruh keluarganya kini bermuram. Bocah SD itu ingin menjadi bintang kelas. Lalu ia pergi dan tak pulang-pulang. Sebelum pergi, ia sempat pamit pada kakaknya. “Kak, aku ingin pergi ke langit menjadi bintang,” katanya.

—Jalan Tak Sampai

Sudah seminggu kau linglung berkelana mencari rumah dan istrimu. Namun di rumah, istri dan sebagian keluargamu lainnya, sesungguhnya telah ikhlas menerima kematianmu akibat ambruknya jembatan itu.

(Sekayu, Oktober – Desember 2011)

Cat :

Fiksimini merupakan suatu bentuk cerita rekaan (fiksi) dalam format yang sangat ringkas. Digagas dan dipopulerkan oleh Agus Noor (Cerpenis / Sastrawan Indonesia). Fiksimini berusaha menceritakan seluas mungkin dunia, dengan seminim mungkin kata. Ibarat dalam tinju, fiksimini serupa satu pukulan yang telak dan menohok.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline