Lihat ke Halaman Asli

Umrah Salah Kostum

Diperbarui: 26 Juni 2015   05:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu hal yang cukup membuat kepala tertunduk karena malu ketika berada di Masjidil Haram adalah pada saat ada jama’ah umrah asal Indonesia berlenggok masuk ke Masjidil Haram dengan memakai celana legging. Meskipun atasannya memakai mukena tapi hanya bisa menutupi hingga lutut saja, selebihnya dari lutut ke bawah masih terlihat kakinya terbalut legging yang ketat. Memakai legging memang tidak dilarang, tapi mempertontonkan aurat perempuan dilingkungan Masjidil Haram jelas tidak bisa ditolerir.

Di Indonesia pemandangan serupa dimana perempuan memakai legging masuk masjid bukan perihal baru dan menarik perhatian. Tetapi untuk memasuki rumah ibadah tentu ada etikanya dari mulai cara berpakaian sampai tingkah laku. Apalagi Masjidil Haram Baitullah, dimana seluruh ummat Islam sedunia berkiblat kesana ketika menunaikan ibadah salat bahkan menjadi tujuan berziarah yang utama bagi yang hendak melaksanakan umrah atau haji. Sudah barang tentu selaku muslim kita sangat patut untuk menghargai dan menghormatinya dengan cara berpakaian yang sopan dan pantas sesuai syari’at Islam pada saat berada di dalamnya.

Belum lagi pada saat yang sama terlihat reaksi orang-orang yang menunjukan sikap tidak suka, ada yang menundukan kepala, tapi ada juga yang lantas membicarakannya dengan sedikit mencemooh. Kalau sudah seperti itu, yang terlontar dari bibir-bibir mereka adalah penilaian negatif tentang perempuan muslim Indonesia. Yang mengherankan lagi, sang pemakai legging terlihat sangat percaya diri berlenggok bak peragawati melewati barisan jama’ah yang di halaman menuju ruang dalam masjid, tidak nampak sedikit pun sikap risih atau canggung karena dia berdandan sangat bertolak belakang (salah kostum) dengan perempuan lainnya yang berpakaian longgar dan sesuai syari’at. Padahal bisa dipastikan kalau dia datang ke pesta akan merasa risih dan malu kalau salah kostum. Tapi masuk Masjidil Haram salah kostum malah terlihat bangga karena bisa menarik perhatian orang dari berbagai suku bangsa. Khusus untuk di lingkungan Baitullah, hal seperti ini sangat keterlaluan. Seharusnya kebiasaan-kebiasaan dilingkungan rumah tidak serta merta dilakukan di tempat lain yang jelas-jelas berbeda adat dan aturannya.

Berziarah ke Baitullah Al-Haram untuk menunaikan ibadah umrah bagi masyarakat kita secara umum bukan perkara yang mudah terutama faktor biaya yang tergolong tidak murah. Oleh karena itu kesempatan pada saat berada di Makkah betul-betul dimanfaatkan untuk beribadah mendekatkan diri kepada Allah Azza Wa Jalla. Bukan malah memperbanyak belanja dan jalan-jalan. Tidak sulit kalau kita mau belajar menjunjung tinggi nilai-nilai yang biasa ditanamkan di lingkungan Baitullah Al-Haram dengan tidak berpakaian yang mengganggu kenyamanan beribadah orang lain misalnya. Melaksanakan ibadah umrah bagi masyarakat Indonesia “yang sok modis” itu tidak cukup hanya mempelajari tata cara melaksanakan ibadah umrah, tetapi harus dilengkapi dengan tuntunan berpakaian yang sesuai syari’at Islam agar pada saatnya nanti di Makkah atau Madinah tidak salah kostum. Ini harus jadi catatan bagi para pembimbing jama’ah umrah dalam mempersiapkan jama’ahnya sebelum berangkat ke Baitullah Al-Haram. Para penyelenggara perjalanan ibadah umrah tidak hanya berlomba menjual paket tapi harus diimbangi dengan optimalisasi bimbingan ibadahnya. Kenyamanan transportasi dan akomodasi memang penting, tetapi kalau tidak diimbangi dengan pelayanan kualitas ibadahnya niscaya akan mempengaruhi kepercayaan masyarakat kelak. Perjalanan umrah ke Baitullah Al-Haram bukan perjalanan wisata biasa, tetapi perjalanan wisata rohani yang bertujuan untuk lebih mendekatkan diri kepada sang Khaliq dengan bermuhasabah dan bertekad untuk mengoptimalkan kualitas beragama secara benar serta bersungguh-sungguh dalam kehidupan sehari-hari. Itulah salah satu tanda kalau umrah kita MABRUR. Wallahu’alam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline