"Ayah...kupu-kupunya lucu...Nia ingin memegangnya". Teriak Nia sambil tertawa riang mengejar kupu-kupu. Saat begini memang sedang musim kupu-kupu, ulat pemakan daun johar telah sempurna ber metamorfosa, dari ulat menjadi kupu-kupu indah. Warnanya kuning keputihan, kusam. Nia masih saja berlari ke sana kemari, mengikuti arah terbang kupu-kupu, ketika kupu-kupu merendah ke tanah, Nia menjatuhkan badannya, melompat ketika kupu-kupu terbang meninggi.
"Bagaimana Sayang, dapat kupu-kupunya". Tanya Wawan pelan, Nia menghampirinya dengan wajah cemberut.
"Kupu-kupunya nakal, nggak mau berteman denganku". Jawab Nia kesal.
"Bukan begitu Sayang, kupu-kupu justru suka bermain denganmu, karena kupu-kupu ingin Nia kejar lagi besuk, sekarang sudah sore, waktunya mandi, ayo anak Ayah yang paling cantik". Hibur Wawan sambil merengkuh tubuh Nia.
Dari gendongan ayahnya Nia menirukan Wawan bernyanyi, meski nadanya tidak selalu tepat, tapi suara anak-anak tetaplah suara terindah yang bisa dinikmati.
Kupu-kupu yang lucu,
Ke mana engkau terbang
Hilir mudik mencari
Bunga-bunga yang kembang