Lihat ke Halaman Asli

Tak Ada Sebiji Sawitpun Anas Korupsi Hambalang

Diperbarui: 17 Juni 2015   23:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

"Yakin, kalau ada Rp 1 saja Anas korupsi Hambalang, gantung Anas di Monas". Itulah Kalimat seorang Anas Urbaningrum, kala beliau dinyatakan oleh KPK terkait korupsi Hambalang. Dan memang, setelah menjalani proses persidangan hingga akhirnya divonis 8 tahun penjara plus denda 300 juta oleh pengadilan Tipikor kemaren. Sampai sekarangpun Kalimat itu masih diingat dan digenggam erat sesuai keyakinannnya. Hanya orang2 yang tidak mengikuti berita, hanya orang2 yang kalau ga mau dikatakan terbelakang, hanya orang2 yang nyinyir  yang masih menuntut Anas  digantung di Monas. Lalu, KPK seperti tidak mau kehilangan akal, mungkin ada proyek2 lain yang bisa untuk menjerat Anas. Seperti menghalalkan segala cara, apapun ditempuh demi mentersangkakan Anas. MENGHALALKAN SEGALA CARA. Dan dikenakanlah apa itu namanya TPPU (TIPU2! hehe). Seperti yang saya ketahui, Dua dari 5 hakim berbeda pendapat (Disenting Opinion).  Anggota hakim  Slamet Subagyo dan anggota hakim  Joko Subagyo menyatakan dissenting opinion atau beda pendapat terkait putusan vonis terhadap Anas Urbaningrum.
Intinya, kedua hakim anggota itu Tidak sepakat dengan kewenangan dan sangkaan Jaksa KPK dalam menuntut Anas dengan Pasal Pencucian Uang. Hakim anggota Slamet Subagyo dalam penjelasannya mengatakan, "harus ada bukti untuk mengatakan terjadi pencucian uang". Hal itu sebagaimana mengutip seorang pakar yang pernah dihadirkan dalam persidangan Anas. "Tidak ada kewewenangan penuntutan TPPU KPK terhadap Anas Urbaningrum dalam dakwaan kedua dan ketiga," kata Slamet Subagyo.

Ibaratnya, kalau ada pencucian uang 5 rb, harus ada bukti bahwa ada pencucian uang 5 rb. Ada bukti? TIDAK ADA BUKTI. Dan,...Jika itu terjadi dalam hukum pengadilan, maka itu sudah menghalalkan segala cara, kalau dalam bahasa kasarnya BARBAR!, apakah hukum kita sudah menjadi Barbar? silahkan dinilai sendiri. Tapi itu fakta yang terjadi selama persidangan Anas. Apa yang menjadi kesaksian para saksi2 dipengadilan, seperti Kentut, beberapa detik bisa hilang sendiri. Lho! jadi buat apa susah2 menghadirkan saksi2? mikir! Ibaratkan , saya atau anda menjadi terdakwa, lalu saya atau anda menghadirkan saksi untuk meringankan, tapi setelah memberi kesaksian, saksi2 kita disuruh balik kampung lalu berkas kesaksiannya dicoret coret! Reject! tidak valid! dan yang lebih parah, JPU nya seperti asik dengan diri sendiri, mereka malah tidur ketika saksi yang saya hadirkan memberi kesaksian, begitu terbangun sambil ngusap iler dan saksi telah bersaksi, JPU lalu mebacakan tuntutan seperti tidak punya dosa! mungkin dalam hati JPU berkata, " LU NGOMONG GW KAGAK NGARUH , MO JUNGKIR BALI GIMANAPUN GW TETEP ASOY coy!!!! jaksanya ga mau capek, ga mau blusukan, jadi tidak mau mendengarkan rakyat, hehe..

Tentu saya sakit hati, begitu juga anda2, kalau anda2 tidak berpikiran sama dengan saya, periksalah kejiwaan anda. Pasti! .  Sebetulnya 2 hakim dari awal memang tidak sependapat dengan hakim yang lainnya, tapi apa boleh dikata, KPK seperti terlanjur kejar setoran,  dan mengamini ocehan Kang Udin, Apapun!, Anas harus diadili! Anas harus jadi tersangka! Anas harus jadi pesakitan! sambil gedor2 pintu Rumah di Duren Sawit, pulang bawa batik! seperti lagu alm. Yopi Latul," KEMBALIKAN BATIKKU PADAKKU!".

Tidak cukup sampai disitu, seperti mendapatkan ilham, dibuatlah judul, " Anas Ingin menjadi Presiden! Dulu, ketika ditanya guru, ada teman saya ditanya gurunya, " mau jadi apa nanti besar? Mau jadi plesiden bu! sambil garuk garuk kepala walaupun tidak gatal.  Anas ingin menjadi presiden, lalu, katanya,  Anas menghimpun pundi pundinya, untuk dikumpulkan dalam rangka persiapan menjadi presiden,  penyidik memeriksa Nazarudin, dibiarkanlah nazarudin berceloteh, Masukin aja pak, bahwa anas itu ingin jadi presiden. Penyidik bengong!, yang bener aja lu din! masa ky gini, sambil cekikikan ga tahan menahan tawa, kucing2 pun turut terhabak habak!  Udehhh, pokoknya begetoo!!! ok deh! jadilah judul BAP, "ANAS INGIN JADI PRESIDEN".

Pokoknya, apa yang dicelotehin Nazarudin adalah kebenaran mutlak! tanpa bisa diganggu gugat! melihat hasil2 yang lalu, seperti Angelina Sondakh, Andi Malarangeng dll adalah tepat sasaran(mungkin juga ada ketidak adilan disitu),  dan hasilnya sudah diketahui, mereka dijebloskan kedalam penjara. Angin syurga seperti berhembus dari dalam hati nazarudin. Dengan gagah berani, Nazarudin dan KPK begitu percaya diri tehadap segala hal yang menjadi targetnya. Hingga masyarakat pun begitu mengamini apa2 yang menjadi target KPK dan ocehan nazarudin. Sikat abis koruptor! sikat abis yang merugikan negara!

Pada satu titik, sebagaimana kita adalah Manusia, tempat salah dan dosa, kita harus menyadari, bahwa kita bukanlah Tuhan. Tuhan adalah tempat kebenaran mutlak. Keyakinan masyarakat terhadap KPK bahwa KPK adalah kebenaran. KPK tak pernah salah, KPK tak pernah terpeleset. Dengan track Record yang mengagugumkan hasilnya ada banyak para koruptor yang sudah menjadi pesakitan. Apakah kita sepenuhnya menyeraahkan semuanya kepada KPK? Saya Pribadi tidak, karena segala sesuatu harus ada pengontrol, kenapa? karena mereka juga adalah manusia. Untuk kasus Anas, hendaklah ada diskusi, bisa digali dan digali lebih jauh hingga menemukan keadilan yang seadil adilnya.  Sudah secara gamblang diperlihatkan dalam fakta persidangan, ini: http://www.youtube.com/user/sahabatppi/videos. Saksi JPU, saksi Anas dan saksi ahlinya, pengacara Anas dan juga para Hakim. Apa Faktanya? saya tak ingin menjelaskan lebih jauh. kecuali jika anda ingin hidup ini dipenuhi dengan ketidak adilan, abaikanlah. Semuanya ada di postingan2 Media. Baik secara visual, ataupun berita2 dari media2 yang hampir setiap hari dan sudah menjadi makanan kita sehari hari. Mungkin bila hati anda dipenuhi kebencian, apapun akan percuma. Seperti Jaksa dipersidangan yang begitu hebatnya mengabaikan kesaksian kesaksian yang ada. Katakanlah saya Loyalis Anas, katakanlah saya pengagum Anas, katakanlah saya bersimpati terhadap anas. Tapi, saya merasa bersyukur dengan begitu saya  merasa lebih teliti dari anda2 yang menghujat Anas! salah satu contoh adalah, saya bisa mencermati dan menilai fakta2 persidangan, Saya masih bisa mencari celah2 sebuah keadilan, melihat saksi2 yang dihadirkan baik dari Nazarudin sendiri, dari JPU KPK  atau dari pihak Anas sendiri. Bagaimana dengan anda2? Mungkin anda berpikir, "Ah! itu rekayasa,...Ah! itu ga mutu! ...Ah! itu biasa, koruptor pandai bersilat lidah,saksinya dibayar kali,  Mungkin yang anda pikirin, bagaimana Monas bersorak! mungkin itu menjadi sebuah kebahagiaan buat anda. Tapi anda tidak pernah berpikir bila itu terjadi pada diri anda sendiri! jika itu terjadi pada diri sendiri, respon pertama dari anda adalah "Saya ingin keadilan! keadilan!, jika anda tidak mempunyai  respon seperti itu?hmmm.... Periksalah kejiwaan anda!

Dari Wisma Atlit (tidak nemu),  Adi Karya (tidak nemu), Hambalang (tidak nemu), Pesan BBM Wisanggeni (Ngawur), Nova Riyanti (Gosip), Obstruction of Justice (salah kaprah), sampai ingin menjadi presiden(Gubrak).  Cobalah, cermati satu persatu. Bila anda berpikir kritis, dalamilah dan nilailah sendiri. Apa itu dan apa semuanya itu? Saya teringat omongan teman saya dulu, " lu kalau gini2 aja ga akan maju maju. Bangkit bangkit! dari tempat duduk! liat tuh! dunia luar, bergaul! bargaul!

Segala dakwaan terhadap Anas sangat kabur!Seblur poto Blur! saya suka kalau photo2 yang saya hasilkan belakangnya blur dengan object yang jelas. Tapi sangat memuakan bila hasil photo itu antara object dan backround blur semuanya. Jika itu terjadi, berati kita tidak paham tekhnik mephoto. Bila itu dilakukan seorang Photografer, maka perlu dipertanyakan. ini photografer atawa bukan? Bisa moto ga sh?! mungkin dia sengaja memphoto blur backround dan object bisa juga salah setting. Tapi rasanya seorang Photografer tidak mungkin melakukan itu. nah, kalau blur semuanya, pasti ada apa2 nya...mikir!

Tuduhan2 terhadap Anas, banyak melibatkan pihak ketiga. Artinya, Antara Anas dan pihak kedua  tidak berhadapan secara head to head. Seperti ketika Yulianis bertanya kepada nazarudin tentang peruntukan uang yang dikeluarkan, ini untuk siapa pak? Nazarudin menjawab, "untuk pa Anas . Lalu datanglah si ilham, pointnya,  Pengaruh Anas, baik itu sebagai Ketua Umum Partai dan Sebagai Anggota DPR. Digali dan digali, karena lobang2 yang lain sudah tidak layak untuk digali. Terciptalah judul,: ANAS MENGGUNAKAN PENGARUHNYA UNTUK MENGATUR PROYEK PROYEK BLA BLA BLA. Waduh! apalagi sih ini! Begitu dan seterusnya, seperti tidak ada habis2nya, sampai hilang akal , Masyarakat berkoar koar, Bisa membuktikan tidak dari mana hartanya Nas? sampai BW pun tak kalah teriak, "Anas bisa ga membuktikan harta nya itu dari mana? BW berkoar lagi, "Anas telah mempengaruhi jalannya sidang!!! mengintimidasi saksi! bukannya kebalik? mikir!!! Dan tikus got sebelah rumah ikut teriak2, "BW kebakaran Jenggot!!!!!!!!! ROTFL!!!

KPK selau bekerja dengan dua alat bukti! tapi kita tidak pernah berpikir tentang bukti itu! bukti seperti apa dan bagaimana proses bukti itu menjadi ada?!!! Mikir!!!

Seperti bukti  pada surat jual beli saham sebesar 30 persen perusahaan PT Anugerah Nusantara yang ditandatangani mantan bendahara umum Partai Demokrat Nazaruddin selaku pihak pertama dan Anas urbaningrum sebagai pihak kedua pada 1 Maret 2007. Anas mengakui bahwa akta tersebut memang ditandatanganinya, namun ia mengaku sudah memerintahkan untuk menghancurkan akta tersebut karena perjanjian sudah dibatalkan. Ini perlu kita cermati juga. Anas yang berbohong? Nazarudin yang berbohong? lalu mengenai bukti sidik jari? kalau kita bicara keadilan dan bijak, hendaklah ini jadi bahan pertimbangan. Bukti yang dihadirkan jaksa KPK itu bukan berarti serta merta bahwa Anas terbukti sebagai pemilik saham PT Anugrah  dengan adanya sidik jari tsb. Kadangkadang, ada sesuatu hal yang tidak bisa Anas, atau saya, atau anda2 semua untuk dijelaskan, apalagi untuk membuat orang percaya apa yang kita jelaskan. Padahal kita meyakini bahwa itu adalah yang sejujur jujurnya yang kita ungkapkan! siapa mau peduli? . itulah bedanya pengadilan Dunia dan Akhirat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline