Cermin Nyata di Kesejatian Cinta dan Separuh Jiwa
Bahagia bersumber dari mana saja terkadang berawal dari hal-hal kecil meski terkesan sederhana, serta sebentuk perlakuan manis yang dapat runtuhkan tangis. Tangis bukan sembarang tangis yakni tangis haru biru pada lazuardi hati menyentuh sisi kepekaan nurani dari sepasang insan yang saling mengasihi.
Opa Tjiptadinata Effendi dan Oma Helena Roselina, adalah cermin nyata kesejatian cinta yang telah melewati pasang surut gelombang kehidupan dengan sampannya yang tak karam, menempuh lika-liku hidup dengan pijar cintanya yang tak pernah redup. Menenun benang-benang kebersamaan dalam bentang zaman.
Saling memberi saputan warna di setiap cakrawala jiwa dengan kemurnian rasa, dengan ketulusan berpayung keteduhan, dan dengan penerimaan atas sebentuk karunia Tuhan. Indahkan hari-hari di atas cinta yang tanpa pamrih. Layaknya sebongkah berlian yang senantiasa berkilau di antara kemilau yang memukau. Menggurat jiwa-jiwa penuh welas asih.
Memupuk rasa di ladang-ladang pengabdian, menyusut peluh tanpa keluh, menghapus butiran-butiran bening air mata. Sebab hidup menasbihkan untuk senantiasa bersama merasai apa yang ada dan tersaji di meja kehidupan tanpa pernah bisa menampik. Pahit-manis, tawa-tangis, bahagia-nestapa.
Saling alirkan kekuatan tak sekedar jemari saling menggamit, tak hanya lengan saling memeluk sedemikian erat namun dari sorot mata dapat jelas terbaca bahwasannya ada cinta sejati yang tak terganti. Ada perasaan mendalam memahat rasa saling memiliki serta melengkapi.
Berdua merangkai bunga-bunga indah sabar, menikmati setiap irisan buah manis dari perjuangan panjang yang disisipi selaksa doa. Saling merengkuh mesra melantunkan kesyukuran atas nikmat serta karunia Tuhan yang tak terbilang. Sungguh ada rangkaian kisah jejak-jejak langkah, pada waktu yang bergulir bisu menjadi rindu yang tak terbantah.
Oma dan Opa adalah kesejatian cinta yang telah menjadi separuh jiwa, kasih sayang yang telah berakar dan hati yang tak pernah tersasar. Senantiasa rimdukan rumah jiwa tempat kembali pulang, mereguk manis bahagia dalam pialang kasih sayang.
Tempat rindu bermuara di mana damai nyata tercipta membuat mata jatuhkan kristal bening di sela menghirup setiap hela nafas bahagia selepas melewati jeram-jeram kehidupan, lintasi belukar sukar di antara titian waktu yang terus saja laju.
Opa dan Oma yang saling menyayang jelang rasakan puncak bahagia di "Diamond Wedding Anniversary". Kian mengukuhkan pertalian rasa, saling terikat erat di mana bahagia melumat. Dan di belakang tembok masa hanya menyisa sepenggal kisah nyata bahwasannya "Cinta Sejati" itu ADA dan LANGKA.
Semoga nafas hangat bahagia selalu mengitari Oma dan Opa, sebab hidup tanpa cinta dan kasih sayang akan terasa gersang. Saling bersanding menatap manik mata, bahagia tak bersekat seperti halnya Oma yang menjadi tulang rusuk dengan pengabdian yang khusyuk.
Dan Opa sang Nakhoda yang acapkali, memegang kemudi melayari samudera hidup hingga nun jauh. Namun tak lupa melempar sauh menuju pantai landai berpasir putih, di hati Oma Helena Rosalina lah Opa Tjiptadinata Effendi berlabuh.