Kemiskinan Bukan Faktor Genetik yang Diturunkan, Bukan pula Sebuah Kutukan.
Kemiskinan merupakan ketidakmampuan perihal pemenuhan kebutuhan hidup yang paling mendasar yakni Makanan, pakaian, hunian, pendidikan, serta kesehatan.
Sulitnya mendapatkan akses pendidikan, terlebih layanan fasilitas kesehatan. Serta di mana tak memiliki hunian memadai, tempat bernaung bagi keluarga dari sengat cuaca.
Sulitnya mencari kerja guna memperoleh finansial, kendati uang bukan segala-galanya namun segala-galanya butuh uang. Hidup perlu uang sudah wafat pun masih perlu uang.
Yakni untuk membeli kain kafan, menggali liang lahat dan prosesi acara pemakaman. Pengurusan berkas kematian yang kesemua memerlukan uang tak ada yang gratis.
Sebab keterbatasan pendidikan, sehingga tak terserap lapangan kerja. Alhasil kerja serabutan dilakoni demi menyambung hidup karena mulut lapar sedianya tak dapat disumpal.
Lambung yang perih serasa diremas perut yang nyeri bagaikan disayat-sayat butuh asupan makanan, maka seketika itu pula tuntaskan senandung gahar kelaparan.
Wajah-wajah kemiskinan terpampang nyata dan dapat dijumpai di bantaran kali, di pinggiran rel kereta api, di area tempat pembuangan akhir sampah yang bau menyengat.
Di kolong jembatan di jalanan, di atas trotoar, dan tak dapat dipungkiri masih banyaknya masyarakat kota yang hidup di bawah garis kemiskinan membentang teramat luas.
Kemiskinan bukan faktor genetik yang diturunkan, dan bukan pula sebuah kutukan. Hanyalah nasib yang belum menunjukan keberpihakan. Maka berusahalah entaskan kemiskinan.
Dengan tenaga dengan isi kepala, dengan setangkup doa jangan biarkan roda-roda nasib menggelinding begitu saja, tanpa ada memahat nilai-nilai sebuah perjuangan panjang.