Pagi Beraroma Kopi
Pagi beraroma kopi
harum mewangi dibawa angin
hanya secangkir kopi yang mengerti
perihal rasa tengah berkecamuk dalam diri
Ia tak pernah mengkhianati
terlebih ingkar janji pada almanak
yang nyata-nyata tebal dilingkari dengan
garis merah jauh-jauh hari namun gagal lagi
Terlalu banyak berdalih serta
beradu argumentasi cuatkan alibi
sekedar tunaikan janji tanpa basa-basi
seperti nasi dalam periuk sudah lama basi
Pagi di sudut paling sepi
aku berlumur aroma kopi diseduh
tangan kesendirian dan bukan lengan
barista redakan dahaga dengan senyuman
Kunikmati disetiap teguk
usir kantuk kerap bergelayut
manja di antara ke dua pelupuk
seperti mengajak tidur meringkuk
Belum masanya saat ini
masih bertumpuk lembar kerja
di atas meja hari teronggok menohok
awali hari berkutat di rutinitas mengikat erat
H 3 R 4
Jakarta, 23/02/2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H