Lihat ke Halaman Asli

Hera Veronica Suherman

Pengamen Jalanan

Matinya Gagak Hitam Menuju Keabadian

Diperbarui: 23 Januari 2023   10:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Source: katiemusolff.com

Matinya Gagak Hitam Menuju Keabadian

Cintanya bersambut
pada putri jelita
namun sayang disayang
terganjal restu

Restu tak kunjung didapat
penantian serasa berabad
restu lebih mahal dari
sekedar emas permata

Hanya bisa ditebus dengan
sehelai nyawa menghuni daksa
sebab rasa itu lebih luhur meski
raga harus tertanam di perut bumi

Hari demi hari gagak hitam
memahat aksara kelam
sekelam langit jiwa nan muram
berselimut tebal diam

Gagak hitam menggurat
sajak-sajak miliknya
dengan ceceran darah
genangan rasa tumpah meruah

Ia memeluk cintanya
hingga embus hela nafas terakhir
genggam jemari janji terukir
tertuang di atas prasasti berdebu

Gagak hitam terbujur kaku
luruh kepak sayap-sayapnya
pejam mata tak pernah terbuka lagi
membawa pergi mutiara cintanya

Lintasi lorong-lorong keabadian
menuju alam baka tempat
sua dengan burung-burung hijau
dalam bangunan Istana nan megah

Gagak hitam direngkuh keabadiaan
genggam rasa yang tak binasa
tetap hidup dalam barisan sajak-sajak bisu
luruh kelopak bunga rindu di jasad beku

H 3 R 4
Jakarta, 23/01/2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline