Kasih Ibu dalam Sepotong Kue
Dari waktu ke waktu
dapur masih tetaplah sama
di dindingnya tergantung
wajan serta panci
di sudut ruang
teronggok meja kayu
berukuran tak seberapa besar
tempat ibu berjibaku dengan
tepung terigu
dan bahan-bahan
pembuat kue lainnya
Jemari ibu adalah penghidupan
di mana setiap harinya
tak luput menguleni adonan
disertai bulir keringat berkilat
nyaris meloncat diseka
ujung punggung lengan
tubuh ibu dijilat asap
lantaran lama di dapur
mencumbui oven bakaran
menanti kue-kue
dalam loyang bermekaran
di jerang di atas api
seiring menerbangkan
aroma harum mewangi
seperti hati ibu yang jua
turut mekar lantaran
banyaknya kue-kue pesanan
buat ibu kerap kerepotan
Ibu alangkah lembut
kue-kue hasil olahan lengan
selembut kasihmu
yang saban hari kunikmati
seiris demi seiris
hingga habis satu loyang
bu kau simpan letih
dalam gerak bibirmu
dalam ucapmu
dalam teduh matamu
dan dalam butiran
keringat yang merembes
dari sela-sela pori
ibu harum peluhmu
beradu dengan kelezatan
aroma kue-kue hasil
buatan jemarimu
Aku yang selalu
ingin mencicipi
kue-kue buatanmu
kasih ibu dalam
sepotong kue
H 3 R 4
Jakarta, 12/12/2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H