Atma Merupa Kota di Belantara Jiwa
Bulan menggantung
di langit kelam
layaknya lampu disco
yang berputar-putar
hujani cahya di antara pendar
menjilat lantai
Dan kota di bawahnya
tampak megah
seperti kesunyian menjajah
amat pongah
lebih pongah dari kerlip lampu
nyala berpijar
Gelap menggamit lengan malam
yang benderang
khayalan-khayalan mulai jalang
lamunan terbang
seakan diberi sepasang sayap
guna melanglang
Belati cahaya seakan merobek
dan mencabik
perut rata milik angkasa
berkilau seperti
mutu manikam tikam dan iris
dahan kesunyian
Di balik malam nan megah
ada jiwa-jiwa
amat ringkih memeluk damba
sekedar nikmati
malam di antara hela nafas jiwa
perlahan-lahan
Dan atma semestinya
merupa kota
bermandi pendar cahaya
agar tak gulita
meraba-raba lantas tersesat
di belantara jiwa
H 3 R 4
Jakarta, 15/10/22
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H