Lihat ke Halaman Asli

Hera Veronica Suherman

Pengamen Jalanan

Belati Zaman dan Bumi Menua

Diperbarui: 24 Februari 2021   01:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Source: ltl.cat

Belati Zaman Dan Bumi Menua

Bumi kian hari kian menua
nampak jelas kerusakan
parah terpampang nyata
ulah tangan-tangan manusia
merusak alam tanpa menimbang rasa

Bumi carut marut kulitnya mengkerut
laksana kulit renta dalam dera uzur
lapisan ozon menganga lebar
bak mulut gua membuka
gunung merapi tarbatuk-batuk

Memuntahkan dahak lahar
margasatwa lari kocar-kacir
lantaran kehilangan hunianya
belantara yang kian gundul digigir
gergaji para pembalak liar

Bebukitan sengaja dipapas
dikeruk pasirnya hingga rata
pencakar langit congkak berdiri
dikelilingi hias jendela kaca
memantul hawa panasnya

Mencipta retakan pada wajah aspal
melelehkan trotoar dibakar panas
siklus musim tak menentu
menyeduh panas luar biasa
menjelma kemarau berkepanjangan

Sejurus kemudian meramu hujan
membuat langit runtuh tak kuasa
menahan berkubik-kubik airnya
dihujam curahan hujan
membuat banjir menggenang

Belati Zaman menikam
membuat Bumi meradang
oleh sebab para penghuninya
menjelma orang tak menjaga lingkungan
cenderung acuh dan masa bodoh

Hingga ditimpakan bencana
peristiwa alam niscaya menggugah sadar
bahwasannya bersinergi dengan alam
kunci kehidupan nan harmoni
tanpa terjamah tangan-tangan jahil

***
Hera Veronica Sulistyanto
Jakarta | 23 Februari 2021 | 22:48




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline