Lihat ke Halaman Asli

Hera Veronica Suherman

Pengamen Jalanan

Mulut dan Telinga

Diperbarui: 12 Februari 2021   10:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Source : LPM Dinamika UIN Sumatera Utara

Mulut dan Telinga

(1)
Mulut-mulut menganga
bicara perihal apa saja
tanpa tedeng aling-aling
bak senapan seorang pemburu
menembak pas kena sasaran
memberondong dengan peluru kata
membuat lawan bicara terbata-bata
mati kutu diam seribu bahasa
salah tingkah kehabisan kata

Lidah-lidah durjana
bak ular berbisa piawai mainkan kata
meliuk-liukkan ujung lidah
ubah realita sesungguhnya
menjadi ajang mengeruk
bertumpuk lembar-lembar rupiah
tertera picik terpampang nyata
berupaya keras mengaburkan sejarah
pada wajah kehidupan milik seseorang

(2)
Telinga-telinga tuli rapat terkunci
tak mendengar rintihan apapun
sebab telinga kadung tersumbat
hingga kedap suara-suara di luar sana
laksana rintihan seekor semut kecil
yang tiada terdengar gaungnya
serasa senyap bak tengah berada
di tempat pemakaman umum
teramat sepi bukan kepalang

Gendang telinga kebal rasa
tak mencipta gema memantul
pada labirin liang telinga menembus
hingga ke lorong-lorongnya
yang ada hanya tersumpal lagi kebal
tiada peka pada penderitaan si kecil
yang tersudut dan terpinggirkan
lantaran suatu kebijakan
yang tiada menunjukan keberpihakan

Ah... Mulut dan Telinga!

***
Hera Veronica Sulistyanto
Jakarta | 12 Februari 2021 | 10:04

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline