Lelaki Bertameng Gitar Berkeliaran di Aspal
Siang bolong menyorot garang
di perempatan lampu merah
lelaki bertubuh bau Matahari
menyusut peluh di dahi
Hari ke hari bertameng gitar
menanti traffic lights berjeda
guna sekilas menjaja suara
suara sumbang milik kaum terbuang
Keping uang logam berdenting
seribu perak terpelanting
menghuni kantong bekas permen
disodorkan ke arah pengendara
Entah menikmati lengking suara
atau lantaran terketuk rasa iba
tak jelas namun yang pasti
keping uang logam menggelosor mudah
Panas Matahari serasa sejengkal
dari ubun-ubun di kepala
menjilat aspal serupa bara
panas bukan kepalang
Debu-debu belingsatan iringi
tarian kental kehidupan jalanan
tanah moyang rimbun hutan beton
serta pencakar langit congkak berdiri
Sang musisi jalanan
terus menggenjreng gitarnya
ditingkahi lengking suara harmonika
nyanyikan lagu kaum terpinggirkan
Entah sampai kapan ia
akan menjajakan suara
demi kepuasan hati
dan demi periuk nasi
***
Hera Veronica Sulistyanto
Jakarta | 13 Januari 2021 | 15:47
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H