Lihat ke Halaman Asli

Hera Veronica Suherman

Pengamen Jalanan

Angkot Tua dan Sopirnya

Diperbarui: 2 September 2020   20:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Angkot Tua dan Sopirnya

Body angkot sebagian catnya telah mengelupas, memperlihatkan karat-karat yang lekat. Terdapat keropok, retakkan serta penyokkan di sana-sini.

Yang ditutupi dengan dempul tebal, yang akhirnya rengat. Dan lalu membuka kembali lantaran dimakan waktu, seiring telah rentanya usia kendaraan

Angkot berjalan lamban seakan enggan turun ke jalan, melibas aspal mengais secercah harapan. Di antara deru debu jalanan nan lengang.

Sementara sang sopir terus lajukan kendaraan duduk manis di balik kemudi, seraya mata mengawasi sambil sesekali melirik spion kanan-kiri.

Sudah sedari tadi kursi penumpang belum juga terisi, sementara perut sudah minta diisi, guna sarapan pagi awali membuka hari dengan menjemput Rizki.

Tak terhitung Bolak-balik trayek menaikkan dan menurunkan penumpang, sudah menjadi makanan sehari-hari. Meski tubuh di dera lelah teramat sangat.

Namum kali ini teramat sepi, seiring pandemi yang tak jua terhenti. Semantara hidup harus terus laju pulang membawa uang guna disetorkan Istri di rumah.

Wajah-wajah letih bisa terlihat jelas, seiring jerit tertahan, kian sepinya penumpang hari demi hari, Bagaimana bisa bayar setoran jikalau penumpangnya tak ada!

Ujarnya lirih dengan raut wajah sedih, namun ia terus saja melajukan kendaraannya. Bersarang setitik harapan di dadanya meski samar.

Semoga hari ini kursi penumpang terisi penuh, tak kosong melompong. Sehingga ada uang berlebih untuk bayar setoran serta ada sisa yang bisa dibawa pulang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline