Mendung kelabu menggantung di langit Jakarta, hari ini cuaca tidak sedang bersahabat.
Secangkir kopi dan bakar rokok
menjadi ritual yang menyenangkan
seraya duduk di beranda menatap rinai hujan yang mulai turun
Membasahi kotaku... tercium aroma tanah basah.
Mencicipi tubuh cerutu di tengah cuaca
dingin begini
di temani secangkir kopi hitam
Ah... perpaduan cita rasa yang sempurna
kenikmatan yang tak terbantah
adakah yang lebih nikmat...
Manakala kebuntuan hinggap
ku rasakan kram di otak
dan isi kepala seolah tak mampu lagi
di ajak tuk mencerna
Maka kuraihlah ia dari saku celana
cerutu dan kopi ibarat dua sejoli
yang tak terpisahkan
keduanya selalu ada saat perjamuan suci
Cerutu...
penawar lidahku yang serasa tawar
temaniku lalui sepi yang serasa menggigit
setidaknya ia tidak pernah berkhianat
apalagi sampai menikam dari belakang
dan secangkir kopi...
aku lah penikmatnya meski pahit, namun tak seberapa pahit di banding lika-liku hidupku
Diantara liukan asap bayangmu menari
pada genangan kopi di cangkir
wajahmu tertera disana
Secangkir kopi kerap kali menyeret anganku pada jejak lalu. Ampas dan bara menjadi saksi bisu
sekeping rindu yang masih milikmu...