Lihat ke Halaman Asli

Mudik Gratis: Pelibatan Negara dalam Memaknai Kultur Mudik Idulfitri dan Mendorong Keselamatan

Diperbarui: 6 Juni 2024   00:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi Pribadi, 2024

Apresiasi patut diberikan terhadap intensi pemerintah pusat dan daerah dalam menyelenggarakan mudik gratis. Salah satunya kepada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara yang telah memberangkatkan sekitar 2.500 orang pemudik dalam program “Mudik Gratis Idulfitri 1445H” pada tanggal 6 April 2024 di Terminal Amplas, Medan.

Pemudik diberangkatkan secara serentak dengan menggunakan 66 unit bus, baik bus besar, medium, dan kecil. Ada delapan rute yang menjadi tujuan, yaitu Padang Sidempuan, Penyabungan, Rantau Prapat, Kota Pinang, Gunung Tua, Sibolga, Barus, dan Salak.

Pelepasan bus mudik dilakukan oleh Pejabat (Pj) Gubernur Sumatera Utara Hassanudin. Menarik bahwa beliau menyoroti program ini bertujuan untuk mengantisipasi tingginya penggunaan sepeda motor dalam suasana mudik yang cukup rentan terhadap risiko kecelakaan. Beliau juga meminta agar awak bus menaati lalu lintas dan beristirahat jika lelah.

Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera (Dishub Sumut) Agustinus Panjaitan menjelaskan bahwa angka kecelakaan pada tahun 2023 di Sumatera Utara meningkat 4,3% dan didominasi oleh sepeda motor. Oleh karena itu, Dishub Sumut juga berkolaborasi dengan PT Kereta Api Indonesia (KAI) Divre I Sumut melalui program “Angkutan Motor Gratis Tahun 2024” untuk memfasilitasi pengangkutan pemudik dan pengiriman 90 unit sepeda motor pemudik secara bertahap selama tanggal 6-8 Apri 2024. Pemudik dapat mengangkut kembali sepeda motornya ke Medan dengan menggunakan kereta api secara gratis pada tanggal 15-16 April 2024.

Pemberangkatan bus dalam program mudik gratis bukan hanya selebrasi yang menandai dimulainya musim mudik menjelang Idulfitri 1445 H, tetapi menunjukkan kehadiran negara untuk mengatur rakyatnya sehingga ketertiban dapat tercipta. Tujuannya adalah untuk mewujudkan kelancaran lalu lintas akibat volume perjalanan yang semakin tinggi di masa liburan Idulfitri.

Semakin tingginya urbanisasi mengakibatkan tradisi mudik ke kampung halaman sebagai rutinitas yang semakin menarik antusiasme kaum urban untuk dilakukan setiap tahunnya. Pemerintah biasanya menetapkan liburan Idulfitri dalam durasi yang cukup panjang untuk memaknai kultur masyarakat tersebut. Pada kenyataannya, bukan hanya masyarakat beragama Islam saja yang meramaikan jalan raya untuk menuju kampung halamannya. Umumnya masyarakat beragama lain di Indonesia juga memanfaatkan masa liburan panjang Idulfitri untuk berwisata ke berbagai destinasi.

Upaya memfasilitasi kultur mudik Idulfitri juga dilakukan dalam bentuk kolaborasi pemerintah pusat dan daerah dengan melibatkan partisipasi swasta ataupun Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Pemerintah melibatkan berbagai BUMN untuk ikut serta memfasilitasi bus mudik gratis dalam rangka mencegah masyarakat mudik naik sepeda motor. Mudik dengan sepeda motor sangat lumrah di Indonesia mengingat semua golongan ekonomi masyarakat akan berusaha untuk kembali ke kampung halamannya untuk bisa berkumpul dengan keluarga di hari Idulfitri dengan memanfaatkan apa yang dimilikinya. Mudik bagi masyarakat dengan golongan ekonomi kaya tentu tidak jadi masalah karena bisa menggunakan mobil pribadi atau memanfaatkan ketersediaan berbagai moda angkutan umum, mulai dari pesawat, kereta api, kapal, dan bus. Akan tetapi bagi masyarakat yang penghasilannya pas-pasan, mereka cenderung menggunakan sepeda motor dalam melakukan perjalanan mudik meskipun jarak yang ditempuh cukup jauh. Tidak jarang satu sepeda motor dimanfaatkan untuk mengangkut satu keluarga, biasanya ayah ibu dan anak beserta bawang bawaan mereka. Perilaku mudik tersebut tentu berisiko tinggi terhadap kecelakaan lalu lintas.  

Mudik gratis ini juga memberikan perhatian pada biaya perjalanan yang semakin tinggi sehingga masyarakat perlu dibantu sebagaimana yang disoroti oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Sayangnya, program ini umumnya dirancang untuk mengakomodir pemudik sebanyak satu kali perjalanan menuju daerah tujuan mudik. Pemerintah daerah kabupaten/kota tujuan mudik ke depan juga perlu didorong untuk terlibat dalam program arus balik ke kota domisili asal pemudik sehingga kelancaran lalu lintas tidak hanya terwujud saat menjelang Idulfitri tapi juga setelahnya. (HN)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline