Lihat ke Halaman Asli

hera ayu

mahasiswa

Penguatan Keilmuan Mahasiswa Melalui Gerakan Sadar Literasi dalam Upaya Meminimalisir Radikalisme dan Hoaks

Diperbarui: 2 Juni 2022   16:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Oleh : Hera Ayu Puspita, Mahasiswa D3 Keperawatan, Fakultas Vokasi, Universitas Airlangga

Revolusi Industri 4.0 merupakan situasi dasar dimana  pola tatanan lama perlu diubah menjadi pola tatanan baru. Revolusi Industri 4.0 melampaui teknologi  ke  semua bidang  bisnis,  komunikasi, hiburan, dan bahkan pendidikan. Era Revolusi Industri 4.0 yang berkembang pesat perlu menarik perhatian  masyarakat dan pemerintah untuk mengoptimalkan dampaknya dengan baik melalui berbagai kegiatan literasi secara langsung. Tantangan Revolusi Industri 4.0 menuntut  setiap orang untuk berkembang demi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Semua komunitas, tidak hanya kalangan tertentu, diundang untuk berpartisipasi dalam perkembangan teknologi untuk kemajuan bangsa. Salah satu bentuk kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah media komunikasi. Media digunakan dalam semua komunikasi  masyarakat, baik  lisan maupun tulisan. Dalam komunikasi tertulis, media yang digunakan  masyarakat umum untuk berkomunikasi adalah media sosial.

Media sosial merupakan salah satu pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bukan hanya sekedar gaya hidup masyarakat, media sosial sudah menjadi kebutuhan sehari-hari. Media sosial sering digunakan sebagai sarana komunikasi yang dekat dengan masyarakat yang menggunakan bahasa sebagai bagian utama dari interaksi. Melalui media sosial, Anda dapat menulis, bertukar gambar, bertukar materi audiovisual, berkolaborasi, dan saling mengenal (Puntoadi, 2011: 1). Selama jam, media sosial bukan hanya untuk individu. Banyak institusi, organisasi, dan institusi juga menggunakan media sosial untuk mempromosikan program yang sedang berjalan. Media sosial kini banyak digunakan oleh sekelompok orang untuk menyebarkan berita bohong. Aktivitas akun yang ditampilkan dalam bentuk teks, foto, dan video  tidak hanya terkait dengan isu politik, tetapi juga merambah ke isu agama.

Teknologi yang berkembang pesat saat ini sangat berperan penting dalam penyebaran informasi dan agama, selama konten yang ada adalah benar. Keberadaan media sosial dapat membangun relasi, berdiskusi, bertanya, menjawab, dan berbagi. Media sosial juga dapat digunakan oleh organisasi untuk menyebarkan informasi, pengetahuan, dan lainnya. Salah satu upaya untuk melawan pesatnya perkembangan media adalah dengan meningkatkan kesadaran akan angka melek huruf, khususnya di kalangan anak sekolah, untuk meminimalisir kepercayaan terhadap gerakan radikalisme dan penyebaran berita bohong. Sebagai agen perubahan, mahasiswa menghadapi tantangan  besar di era digitalisasi. Sebagai siswa yang memiliki pemahaman tentang teknologi dan ilmu pengetahuan, siswa perlu memiliki benteng pertahanan moral yang kuat dan pengetahuan yang luas untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Melalui kampanye literasi, mahasiswa khususnya mahasiswa PTKIN diharapkan dapat membantu mencegah penyebaran radikalisme dan hoaks.

Oleh karena itu, saya menyatakan bahwa mahasiswa harus memiliki budaya literasi yang tinggi untuk memajukan peradaban Islam Nusantara yang berlandaskan Ahlus Sunnah wal Jama'ah Indonesia dan mencegah menyebarnya hoaks ke media sosial. Diuraikan pula upaya yang dapat dilakukan mahasiswa untuk meningkatkan pengetahuan memerangi radikalisme dan hoaks melalui budaya literasi  media sosial.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline