Lihat ke Halaman Asli

Remaja, Peluang Kualitas Generasi Bangsa

Diperbarui: 3 Desember 2018   14:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok: nutritionhera.com

Kenapa Gizi pada masa Remaja Penting?

Masa remaja (10 -- 19 tahun) merupakan masa pesat pertumbuhan yang memerlukan asupan gizi tinggi.  Dikarenakan gizi merupakan faktor penting yang memiliki peran untuk pertumbuhan fisik dan menjaga kesehatan. 

Namun , hasil Riskedas 2013 memperlihatkan, secara nasional prevalensi remaja usia 13 -- 15 tahun yang pendek dan amat pendek adalah 35.1% dan pada usia 16 -- 18 tahun sebesar 31.4%. 

Untuk prevalensi gemuk pada remaja usia 13 -- 15 tahun 10.8% dan pada usia 16 -- 18 tahun 7.3%. Pada remaja putri kondisi kesehatan merupakan tantangan ke depan untuk mempersiapkan calon ibu agar siap untuk hamil dan melahirkan dan menjamin mampu untuk memberikan pengasuhan kepada anak. Kelebihan berat badan pada remaja dapat berlanjut di usia dewasa dan meningkatkan risiko penyakit degeneratif.

Remaja juga mengalami masa perubahan kemajuan teknologi informasi dan informasi yang cepat, dimana digital teknologi telah menjadi bagian dari kehidupan anak remaja. Data dari Kementerian  Komunikasi dan Informasi menunjukan 30 juta anak-anak dan remaja di Indonesia merupakan pengguna internet dan media digital.

Semua kondisi ini memperlihatkan bahwa masa remaja merupakan masa yang potensial untuk mempersiapkan manusia Indonesia yang berkualitas sejak sedini mungkin. Remaja merupakan masa dimana adaptasi terjadi dan pada umumnya bersifat menetap sampai saat dewasa.   Ketersediaan data dan informasi tentang kodisi remaja dan faktor yang berpengaruh pada gizi remaja diperlukan untuk mengembangkan program gizi remaja yang memenuhi kebutuhan gizinya dan sesuai kondisi physiologi remaja.Namun, Data dan program gizi untuk remaja di Indonesia saat ini masih sangat terbatas.

Pola Konsumsi Remaja

Pola konsumsi remaja sangat mempengaruhi status gizi dan kesehatan. Namun Sekitar separuh remaja mengalami defisit energi dan sepertiga remaja mengalami defisit protein dan mikronutrient dikarenakan konsumsi energy kurang dari 70% dialami oleh satu dari dua orang remaja serta konsumsi minuman manis lebih dari 1 kali sehari (Riskesdas, 2013) , konsumsi sayur dan buah  rendah 71 g per hari (SDT, 2014).

Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan WHO yang melibatkan remaja putri di Indonesia.  Hasil menunjukan Konsumsi jajanan yang tinggi gula, garam, dan lemak merupakan plihan makanan utama dan lebih dari 85% merupakan bahan makanan yang tidak memenuhi rekomendasi makanan sehat. Pemilihan ini dilakukan oleh remaja dengan pertimbangan utama berupa rasa, harga yang terjangkau dan akses yang mudah.

Program Gizi Remaja 

Intervensi kegiatan program gizi remaja diperlukan untuk peningkatan status gizi dan kesehatan remaja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline