Sepakbola yang paling sepakbola adalah di Amerika Latin, drama selalu terjadi di segala ajang sepakbola. Disana sepakbola adalah nyawa, dan emosi. Sudah berulang kali saya menonton euforia sepakbola di Amerika Latin, contohnya tadi pagi, walaupun menonton di layar kaca, tetapi feel-nya sampai di saya. Pertandingan itu adalah Final Libertadores tadi dini hari yang mempertemukan antara Duo Brazil yaitu Botafogo vs Atletico Mineiro
Menit 2 babak pertama, riuh penonton Atletico Miniero menggema di Estadio Ms Monumental, bomber Atletico Miniero di cederai parah oleh pemain Botafogo Gregore serta di hadiahi dengan kartu merah.
Botafogo pincang, kekurangan di lini tengah belakang. Artur Jorge, juru kemudi tim Botafogo memutar otak, terlihat dia berdiskusi panjang dengan staff kepelatihan, seluruh pendukung Botafogo cemas, menangis, ini adalah kiamat untuk tim asal Rio De Janeiro tersebut.
Prolog Menuju Sejarah
Perjalanan Botafogo menuju final bukan tanpa rintangan. Berstatus sebagai underdog, mereka memulai kompetisi dengan hasil yang kurang meyakinkan, hanya finis sebagai runner-up grup. Namun, fase gugur menjadi panggung pembuktian.
Setelah menyingkirkan raksasa Brazil lainnya yaitu Palmeiras di 16 besar dan So Paulo melalui adu penalti di perempat final, kemenangan meyakinkan atas Pearol di semifinal mengantarkan mereka ke partai puncak melawan sesama wakil Brasil, Atltico Mineiro.
Miracle Of Buenos Aires
Pincang sejak menit 2, daya juang Botafogo tidak luntur setitik pun, dengan Atletico Miniero yang masih sempurna di segala lini ditambah dengan bomber yang terkenal memiliki tendangan keras yaitu Hulk.
Keajaiban dimulai dari perjuangan bertemu dengan momentum, hal ini yang saya amb setelah menonton pertandingan mewah tersebut, pada menit ke-35, ketika Luiz Henrique menyelesaikan serangan balik cepat dengan tendangan keras yang tak mampu dijangkau kiper verson. Secercah harapan untuk terus Berjuang mulai bersinar.