6 tahun penantian, 6 tahun berjibaku dikala mental tim yang terombang ambing di tengah badai keterpurukan. Lelah yang telah tercurahkan pada keringat keputusasaan, tangis akan rindu pada kejayaan.
Masa masa kegelapan yang jauh akan harapan kini menemukan lentera pembimbing ke masa yang terang benderang, lentera tersebut datang dari tanah Belanda. Tidak mudah melatih tim besar ditengah keterpurukan, tentunya mental harus kuat dengan tekanan dari berbagai sisi, dan dari sini Erik membuktikan segalanya.
Datang dengan ultimatum kepada para dominator Liga Inggris "Mereka (Man City & Liverpool) memainkan sepakbola yang fantastis, namun era tersebut akan berakhir" Dikutip dari situs resmi klub.
Sebuah ucapan bukan main main yang diucapkan oleh seorang pelatih yang mana belum pernah sekalipun menukangi klub di Liga Big 4 Eropa. Namun, pernyataan ini bukan hanya sekedar isapan jempol belaka, sebuah project mahakarya mercusuar yang mampu menggapai prestasi prestasi gemilang di angkasa.
Manchester United bukan tim kemarin sore yang tiba tiba kejatuhan uang dari langit, mereka adalah klub dengan sejarah besar, nama besar, dan basis supporter yang besar. "1/4 orang di bumi adalah fans Manchester United" Ucap Mourinho dilansir dari SkySport. Dengan semua capaian itu sangat memprihatinkan jika tim sebesar Manchester United tidak meletakkan satupun piala di rak penuh piala mereka selama 6 tahun lamanya.
Lalu tepat pada 27 Februari, Manchester United mengangkat piala pertama mereka semenjak kepergian Jose Mourinho 6 tahun yang lalu, klub berjuluk setan merah itu mampu menjuarai Carabao Cup melawan Newcastle United dengan skor 2-0. Memang banyak yang menyebut itu sebagai piala ciki, namun itulah awal dari kebangkitan raksasa Inggris.
1. Perbaikan Dapur
Mental adalah faktor utama dalam kejayaan sebuah klub, semua orang bisa bermain bola, tetapi tidak semua orang mempunyai mental pesepakbola. Mental pesepakbola adalah mental juara, menganggap setiap pertandingan adalah sebuah final, dan itulah yang ditanamkan Ten Hag pada pemainnya.
Banyak pemain terkena semprot, terutama setelah laga kekalahan melawan Arsenal (22/1), dikutip dari Mirror, "Saya kesal dan saya bilang kepada para pemain: 'Jika ingin memenangkan trofi, gelar, Anda harus mengganti mentalitas Anda karena tak mungkin Anda berada dalam laga top dan membuat tiga kesalahan di mana Anda kebobolan" Ucap Ten Hag.
"Terutama gol terakhir, Anda harus bisa merasakan pertandingannya. Pada saat itu, satu poin adalah hasil maksimal. Maka, Anda harus mendapat satu poin itu. Anda tak bisa memberikan gol itu. Pada top level, Anda tak bisa juara. Itu seperti segepok kartu saat kebobolan," Imbuhnya.