Mati Sadar
Mati sadar berarti cara mati yang tepat. Mati sadar berarti kita meninggalkan dunia ini dengan penuh kesadaran. Sadar bahwa kematian merupakan keniscayaan. Kemudian juga harus memahami juga: 'Sesungguhnya kematian itu apa?'
Dengan menyadari bahwa kematian adalah suatu proses yang harus dijalani, maka kita kita tidak menjadi cemas saat menghadapi kematian. Bahkan kita bisa mempersiapkan dengan baik bekal apa saja yang kita butuhkan.
Ketika kita mati, roh meninggalkan tubuh dan tubuh tergeletak, kehidupad di dunia tetap berjalan. Istri dan anak akan menangis kita tinggalkan. Mereka sedih tetapi pernahkah kita merenung: 'Yang disedihkan apa?'
Yang meninggal tidak ada pengaruhnya. Bahkan ketika yang ditinggalkan merasakan sedih sesungguhnya telah menghambat perjalanan si roh. Apalagi bila keluarga yang ditinggalkan berupaya menghubungi lewat media. Si roh semakin terhambat perjalanannya. Agar perjalanan si roh lancar, maka butuh bekal.
Bekal yang dibutuhkan
Kematian bukanlah akhir dari kehidupan. Kematian tubuh kita tidak akan membuat kehidupan di dunia ini berakhir. Kehidupan dunia akan terus berlangsung. So, kematian bukan lawan kata hidup tetapi lawan kata kata lahir. Pemahaman ini yang mesti kita jadikan bekal untuk menghadapi kematian.
Kita juga harus paham atau sadar bahwa sesungguhnya tidak titik henti setelah mati. Yang kita tinggalkan adalah tubuh di dunia ini. Tetapi yang menghuni tubuh tidak mati. Ibarat kendaraan mobil. Mobil rusak harus ditinggalkan oleh sang pemilik atau sopir/driver. Hal ini tidak beda dengan komputer sebagai hardware dan perangkat lunaknya (software).
Inilah yang disebut pengetahuan sejati. Pengetahuan sejati berarti menyadari bahwa segala sesuatu di dunia ini hanyalah sebagai pengulangan.
Lantas bekal seperti apa yang kita butuhkan?
Dengan pengetahuan sejati tersebut, bagi mereka yang telah memahaminya akan semakin sadar bahwa sesungguhnya kita semua terhubung oleh sesuatu yang abadi yang berada dalam setiap makhluk. Hidup selaras dengan alam berarti kita tidak saling menyakiti. Karena sadar bahwa ada sesuatu yang satu dan sama dalam diri setiap makhluk.