Lihat ke Halaman Asli

Marhento Wintolo

Praktisi Ayur Hyipnoterapi dan Ananda Divya Ausadh

Pikiran Sakit atau Jiwa Sakit?

Diperbarui: 8 November 2020   09:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Pikiran Sakit

Pikiran sakit adalah Pikiran yang senantiasa menolak jati dirinya. Pikiran yang senantiasa memikirkan materi, kenyamanan indrawi serta pikiran yang selalu tidak mau tahu tentang pengetahuan sejati yang membebaskan. Mereka yang senantiasa berada dalam jalan menerapkan pengetahuan sejati dalam keseharian akan menggapai kebahagiaan.

Sesungguhnyalah kebahagiaan sudah ada dalam diri kita, yang perlu diupayakan adalah bagaimana kita menyadarinya. Kebahagiaan yang dicari bukanlah kebahagiaan. 

Mereka yang masih mencari kebahagiaan belum menyadari bahwa ia sudah memakai kacamata, tetapi ia masih sibuk mencari kacamata yang dianggapnya hilang. Inilah satu ciri pikiran sakit.

Bagaimana menyembuhkannya?

Dalam hidup sehari-hari, kita anggap bahwa bila kita sembuh dari sakit, kita terbebaskan dari penyakit tersebut. Ternyata tidaklah semudah itu. Setelah sembuh dari suatu penyakit tida berarti kita mesti bisa hidup sembarangan. Karena walaupun sudah sembuh, kita tetap harus menjaga pola makan dan hidup sehat. Hal ini karena jaringan syaraf pada tubuh kita tidak bisa pulih secara normal.

Demikian juga dengan pikiran sakit. Sesungguhnya yang ama sanat perlu kita sadari bahwa sesungguhnya keberadaan kita di bumi saat ini juga sebagai akibat Pikiran yang sakit. Adanya keterikatan dengan alam benda atau materi yang melekat atau mewarnai alam pikiran sebagai bukti bahwa masa lalu kita masih begitu terobsesi untuk kembali lagi memburu kenyamanan indrawi. Pikiran yang terkontaminasi oleh kebendaan ini akan membawa pola pikir setiap orang. Dan hanya saat di bumi kita kita bisa membebaskan dari pola pikir kebendaan. Ketika kita terbebaskan dari ketertarikan kebendaan, kita akan meraih Mata Ilahi.

Agar kita tersembuhkan dari keterikatan pada alam benda, tidak ada jalan lain bahwa saat di lingkungan alam benda inilah Pikiran harus terbebaskan. Otak yang memiliki pola jaringan syaraf yang memiliki frekuensi selaras dengan alam benda juga merupakan bentukan dari Pikiran kita sendiri. Pada saat si roh akan lahir kembali, ia membentuk otak yang bisa selaras dengan alam pikirannya sendiri.

Video berikut akan membantu untuk lebih memahami alur kelahiran kembali:





BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline