Lihat ke Halaman Asli

Marhento Wintolo

Praktisi Ayur Hyipnoterapi dan Ananda Divya Ausadh

Matikan Hatimu, Maka Kau Bisa Menggapai Kerajaan Dunia...

Diperbarui: 9 September 2021   09:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Itulah yang sering dilakukan oleh penyembah berhala kekuasaan... -Mereka begitu mengagungkan cara ber ritual.  Seakan dengan ritual ia memuliakan jiwanya.  Lupa diri akan kekuasaan dunia sudah begitu membalut rapat hatinya. ... 

Lupa akan pesan para suci dan avatar utusan-Nya. Semuanya hadir ke dunia dengan pesan yang satu dan sama: "Ingatlah asal muasalmu wahai manusia, tugas setiap insan juga satu dan sama: 'pembawa perdamaian dan kedamaian.....'

Kerajaan dan kesenangan duniawi hanya bisa terjadi bila ketenangan dan kedamain belum terwujud. Hati yang tenang dan damai tidak lagi menginginkan kenyamanan dan kesenangan duniawi. Karena dalam dirinya sudah kepuasan. rasa puyas ini terwujud karena adanya kesadaran diri bahwa kehadiran atau kelahirannya sebagai berkah. Inilah bukti terjadinya perkembangan intelejensia atau buddhi.

Dia bersinggasana dalam hati setiap manusia. Tanpa kehadiran-Nya, kita manusia tidak bisa hidup. Dia lah Sang Maha Sumber Hidup. Kita semua makhluk hidup berada di atas panggung permainan atau panggung sandiwara. Kesadaran ini membuat seseorang sadar akan kemuliaan diri.

Matinya Hati

Bila hati sudah tertutup, maka semua perbuatan dihalalkan demi tergapainya kerajaan dunia. CahayaNya tidak lagi bisa menerangi kegelapan hati. Materi telah menguasai hati. 

Kegelapan suatu ruangan selama berpuluh tahun bisa hilang karena adanya cahaya lilin. Lilin kesadaran akan kemuliaan diri kita butuhkan untuk kembali kepada Dia sebagai Sumber Agung. Puluhan tahun suatu kamar dalam keadaan gelap gulita, namun tidak butuh waktu puluhan tahun untuk menjadikan ruang terang benderang.

Kesadaran kita yang berada pada lapisan luar atau fisik telah menjadikan kita budak kenayaman diri. Kita perlua memahami bahwa ada lapisan kesadaran lain selain fisik. Kita tidak hanya hidup oleh roti atau materi. Banyak sudah bukti yang menunjukkan bahwa kebahagiaan bukan hanya dari materi. Kita lupa bahwa materi memiliki sifat abadi:'Perubahan". Ya, itulah sifat materi yang abdai: 'Selalu berubah.'

Masihkah kita berharap mendapatkan kebahagiaan dari sesuatu yang senantiasa berubah? Perolehan dari keinginan kita hanya bersifat sesaat. Ini bukan kebahagiaan; inilah kesenangan atau kelegaan sesaat. Jika kita hanya memandang hal luaran kita tidak bisa melihat sesuatu di balik yang sesungguhnya adanya jiwa kehidupan....

Inilah sumber penderitaan. Kita sering melupakan esensi kehidupan. Kita silau oleh tampilan yang serba glamor yang sejatinya hanya bersifat sementara. Mari kita coba renungkan: 'Pejamkan mata selama beberapa saat.....' 

Banyak orang tidak bisa melakukan duduk diam sambil dengan mata tertutup kemudian menikmati suara hati. Mengapa bisa terjadi?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline