Lihat ke Halaman Asli

Marhento Wintolo

Praktisi Ayur Hyipnoterapi dan Ananda Divya Ausadh

Mengetahui Masa Depan Adalah Penderitaan...

Diperbarui: 17 Juni 2015   23:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sumber: www.idubba.com

Kebanyakan orang tidak sadar akan hal ini. Tulisan saya terinspirasi ketika menonton Maha Bharata. Adegan ini terjadi ketika menjelang perang Bharatayudha. Drupadi ingin mengetahui bagaimana nasib anak-anaknya dan Abimanyu dalam perang besar Baharatayudha. Perang besar ini bukanlah dongeng, tetapi perang yang benar-benar terjadi 5000 an tahun yang lalu. Perang menggunakan nuklir. Banyak fakta sejarah membuktikannya. Sya tidak akan membahas sejarah perang, silakan tanya mbah Google. Dengan enggan Krishna menjawab, namun sesungguhnya ia tidak bersedia menjawab pertanyaan Drupadi. Ia tidak bersedia membuka rahasia alam. Karena desakan Drupadi atau Pancali yang terus menerus, akhirnya ia mengatakan bahwa seluruh putra Pandawa akan meninggal dunia dalam perang besar dinasti Bharata. Dan dapat ditebak, Drupadi pun sedih. Ia tidak rela anak-anaknya meninggal dalam perang Bharatayudha. Ini;ah ego manusia. Keinginan kita semua pun demikian, biarlah kerabat pihak lawan yang menderita. Kita sangat tidak rela jika pihak kita mengalami kerugian. Kita lupa prinsip keagamaan. Perlakukanlah orang lain sebagaimana dirimu ingin diperlakukan. Banyak dari kita ingin mengetahui masa depan kita, namun setelah diberitahu bahwa kita akan mengalami ini dan itu, kita balik mengalami penderitaam. Mengapa??? Kita tidak hidup di masa kini. Jadi sesungguhnya penderitaan kita terjadi karena kita hidup di masa yang akan datang. Bukan secara fisik, namun pikiran. Ketika kita hidup hanya atas dasar pikiran dan perasaan, kita akan mengalami penderitaan. Pikiran kita selalu saja mencari keuntungan bagi diri sendiri. Semua selalu ditimbang berdasarkan keuntungan bagi golongan, kelompok, dan diri sendiri. Inilah sumber derita. Kita lupa bahwa alam atau Tuhan telah menutup atau me- seal pikiran kita dari masa kehidupan lalu dan yang akan datang. Dia tahu dengan persisi bahwa hanya dengan hidup kekinian, kita bisa bahagia. Penderitaan terjadi ketika pikiran kita di masa lampau atau masa depan. Rasa kecewa, amarah, iri hati, dan dengki terjadi ketika kita ingat peristiwa atau kejadian masa lalu. Kita marah atau kecewa karena kegagalan mendapatkan sesuatu di masa lalu. Dengan sendirinya, kita hidup di masa lalu. Kita tidak hidup do masa kini. Kecemasan sebagaimana yang dialami oleh Drupadi terjadi karena cemas akan kehilangan para putra Pandawa dan Abimanyu. Pikiranya terbang ke masa depan. Ia hidup di masa yang akan datang. Ia mencemaskan peristiwa yang akan datang. Bukankah kita juga sering mengalami hal seperti ini? Kita cemas terhadap sesuatu yang belutentu terjadi. Pada akhirnya kita hidup menderita. Kebahagiaan dan keceriaan terjadi hanya pada saat ini. Tuhan hanya eksis pada saat ini. Kebahagiaan dan kecerian itulah sifat Tuhan. Rasa bersyukur hanya eksis pada saat ini. Tidak eksis di masa lalu atau masa depan. Kita akan mengalami rasa bahagia dan bersyukur ketika kita bisa dengan seutuhnya hidup dalam kekinian...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline