Lihat ke Halaman Asli

Marhento Wintolo

Praktisi Ayur Hyipnoterapi dan Ananda Divya Ausadh

Ternyata si Pendeta Berteman dengan Setan

Diperbarui: 17 Juni 2015   15:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Bagaimana tidak? Dengan berteman setan, ia jadi punya alat untuk menakuti umat...

Begini kisahnya:

Suatu ketika seekor setan sakit dan terus menerus mengeluh. Erangan si setan terdengar oleh seorang ahli kitab. Pada awalnya, ahli kitab tersebut tidak kenal sosok yang mengerang tersebut. Ia datang untuk melihat, siapakah yang sedang mengerang kesakitan tersebut.

Ketika si ahli kitab datang, ia terkejut. Ternyata yang sedang merintih kesakitan adalah setan yang selama ini digunakan untuk menakuti para pengikutnya. Ia kemudian pergi dan tidak mau menolong. Baginya malahan kebetulan jika si setan mati.

Setan melihat siapa yang datang menjenguknya. Ia kecewa ketika si ahli kitab beranjak pergi. Setan berteriak untuk minta pertolongan pada si ahli kitab.

Ia berkata: 'Bapak pendeta, bantulah saya yang sedang sakit. Berikanlah obat pada saya.'

Sang ahli kitab menyahut: ' Matilah kau setan. Bukankah dengan kematianmu, dunia menjadi damai dan aman?'

Setan berkata: 'Pak pendeta, selama ini anda begitu tepat mendeskripsikan bentuk tubuh saya serta kejahatan yang bisa saya lakukan. Saya selama ini dianggap membujuk umat bapak untuk melakukan kejahatan. Tolonglah saya.'

Si ahli kitab mulai berpikir. Ia tidak jadi beranjak pergi. Setan pun senang. Perangkapnya telah mengena pada si ahli kitab. Maka, ia pun melanjutkan bujuk rayunya: ' Bapak pendeta, coba tolong direnungkan. Bukankah dengan menggunakan nama saya, bapa telah dipercaya banyak orang? Bahkan dengan semakin banyaknya umat bapak, dana yang terkumpul juga semakin tinggi?'

Sang pendeta pun berpikir ulang untuk membiarkan si setan mati. Apalagi si setan melanjutkan perkatannya: 'Tolong dipikirkan lagi bapak pendeta, tidak sayang kah bapak terhadap kehidupan saya. Bukankah cicilan rumah dan mobil bapak belum lunas? Dengan apa bapak memeprtahankan umat bapak? Dengan kematian saya, tidak lagi barang jualan bapak.'

Akhirnya sang pendeta meluluh, katanya dalam hati: 'Betul juga kata si setan. Jika dia mati, aku tidak lagi punya barang jualan agar umatku tetap banyak. Bahkan bisa bertambah lagi.'

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline