Lihat ke Halaman Asli

Marhento Wintolo

Praktisi Ayur Hyipnoterapi dan Ananda Divya Ausadh

Perolehan Surga Bukan Karena Ibadah

Diperbarui: 17 Juni 2015   11:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Di bumi nusantara inilah tempat berjihad. Jihad untuk kematangan jiwa sendiri. Melihat sekeliling banjir dan sering terjadinya bencana alam. Bukankah ini semua ulah keserakahan manusia? Kita semua tanpa kecuali. Tiada satu pun kita yang bisa merasa lebih baik. Banyak dari kita merasa ber agama paling baik. Lakukan kunjungan ke tempat ibadah, tetapi perilaku di tempat umum? Minus!!!!!

Kita selalu pamer sering ke tempat ibadah. Sering menyumbang ini dan itu. Kita harapkan selalu untuk dapatkan surga. Kita tidak sadar bahwa semua yang kita lakukan semuanya berurusan dengan manusia. Kita lupa bahwa memberi ini dan itu yang berupa materi berkaitan dengan raga. Bukankah ini bagaikan kita punya tanah dan harus bayar pajak? Ini memang kewajiban manusia selama tinggal di bumi.

Ibarat kita punya rumah tinggal, dan sebagai kewajibannya harus bayar pajak bumi dan bangunan. Ini sama sekali tidak ada urusan dengan jiwa yang diberikan imbalan surga. Perolehan surga adalah berkah dari Dia Sang Jiwa Agung. Sama sekali tidak ada urusan dengan perbuatan baik manusia di bumi.

Mengapa ini bisa? Bukankah perbuatan baik adalah ibadah???

Betul, sebagai ibadah. Tetapi, benarkah kita murni melakukan perbuatan baik tanpa harapkan imbalan? Boleh saja berkata bahwa melakukan amal ibadah sebagai hamba Allah. Tetapi tanpa sadar kita saat berdoa minta ini dan itu. Inikah yang disebut ibadah dengan tanpa imbalan? Memberi di sana dan minta di sini? Seringkali kita lupa, minta ini dan itu. Kita masih saja menganggap Tuhan sebagai Sang Pemberi. Kita masih saja berjiwa pengemis.

Kita lupa akan ayat: "Tuhan lebih dekat dari urat leher kita" Kita lupa memaknai ayat ini. Kita masih sering membuat peraturan-peraturan yang tidak selaras dengan alam. Misalnya saja, sering kita membuat aturan hanya mengutamakan kenyamanan manusia. Kenyamanan tubuh kita, tetapi tidak berpihak pada alam.

Banjir yang sering kita alami, misalnya. Perhatikan setiap membangun rumah, pernahkah kita memikirkan pembuangan airnya kemana? Pembangunan jalan, adakah saluran di kanan kiri yang terintegrasi sehingga air  bisa mengalir ke sungai? Kita sering mengabaikan bahwa adanya pohon sebagai sarana untuk menyimpan air.

Tuhan lebih dekat dari urat leher berarti tidak ada keterpisahan antara Tuhan dan manusia. Jika kita percaya Tuhan, percayalah pada diri sendiri. Jika kita mau hidup di surga, pelihara lah bumi bagaikan surga. Ini sangat relevan dengan satu ayat dalam doa Bapa Kami yang diajarkan nabi Isa. .....Datanglah Kerajaan Mu. Jadilah kehendak Mu di atas bumi seperti di dalam surga....

Bukan lah Tuhan yang menjadikan bumi bagaikan surga. Siapa yang bisa menjadikan bumi bagaikan surga jika bukan manusia. Manusia sebagai alat Tuhan. Manusia yang tidak terpisahkan dari Tuhan. Tubuh kita inilah alat bagi Dia untuk berkarya di bumi. Tubuh kita inilah kuil bagi Dia. Jika kita mengatakan cinta kepada Tuhan, pertama sekali cintailah diri sendiri. Caranya???

Berpikir, berucap, dan berbuat selaras dengan alam. Dengan sifat Tuhan: Pengasih dan Penyayang. Jika kita tidak bisa mengasihi dan menyayangi tubuh, bagaimana bisa mengasihi Tuhan. Apa hubungannya?

Jaga kenyamanan tubuh. Jangan berikan makanan yang menjadikan tubuh sakit. Makan daging hewan memang enak di lidah, tetapi sehat kah bagi evolusi jiwa. Sehat kah bagi badan??? Siapa yang bisa menyangkal bahwa makan daging kambing hanya menaikkan libido? Ujungnya??? Kenikmatan badan yang bersifat sementara. Apakah ini memberikan pikiran yang selaras dengan alam? Bukan kah mengedepankan nafsu seks hanya mengedepankan nafsu hewaniah???

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline