Kini sudah saatnya berhenti berdebat tentang pemberhentian Shin Tae yong sebagai pelatih Timnas Indonesia dan pengangkatan Patrick Kluivert sebagai penggantinya.
Kita sebaiknya jangan buang-buang waktu yang tidak produktif hanya untuk berpolemik kosong yang tidak ada gunanya. Hal itu karena Shin Tae yong sudah resmi dipecat PSSI dan Patrick Kluivert juga resmi mengantikannya sebagai pelatih baru Timnas Garuda.
Perdebatan di antara kita baik di media sosial maupun di forum-forum diskusi menjadi kontra produktif, karena hal itu tidak akan mengubah keputusan PSSI yang sudah terjadi.
Kepastian Patrick Kluivert sebagai pelatih kepala Timnas Indonesia resmi diumumkan oleh Federasi sepak bola Indonesia, PSSI. Pada laman resmi PSSI, unggahan artikel tentang penetapan tersebut resmi dimuat.
PSSI resmi menetapkan Patrick Kluivert sebagai pelatih baru timnas Indonesia. Pelatih asal Belanda tersebut dikontrak selama dua tahun dari 2025 hingga 2027 dengan opsi perpanjangan kontrak.
Patrick Kluivert akan dibantu oleh asisten pelatih dari Belanda yaitu Alex Pastoor dan Denny Landzaat. Selain itu, akan ada dua pelatih Indonesia yang juga menjadi asisten pelatih.
Pelatih baru skuad Garuda ini direncanakan datang ke Indonesia pada Sabtu (11/1/25) malam lalu keesokan harinya langsung secara resmi akan diperkenalkan kepada publik sepak bola Indonesia dalam sebuah jumpa pewarta.
Pergantian pelatih ini sudah saatnya disikapi dengan biasa-biasa saja, tidak perlu berlebihan. Dinamika dalam dunia sepak bola pergantian pelatih adalah hal yang lumrah.
Jika ada yang berpendapat bahwa pergantian ini adalah blunder dari seorang Erick Thohir, maka hal itu tidak juga, karena seorang Erick Thohir pasti sudah mempertimbangkan matang-matang.
Sosok seorang Erick Thohir tidak mungkin sebodoh itu memutuskan sesuatu dengan ceroboh dengan reputasinya dalam dunia sepak bola International yang sudah banyak makan asam garam dalam pembinaan klub seperti Inter di Serie A misalnya.
Apalagi keputusannya bersama para Exco memutus kontrak Shin Tae yong harus membayar kompensasi puluhan milyar.