Shin Tae yong sudah resmi mengakhiri kerja samanya dengan PSSI dalam melatih Timnas Garuda ketika Ketum PSSI Erick Thohir mengumumkannya pada Senin (6/1/25) di Jakarta.
Erick Thohir menjelaskan dengan tegas bahwa alasan Shin Tae yong dipecat PSSI di antaranya karena adanya masalah dalam hal komunikasi, strategi, dan kepemimpinan di Timnas Indonesia.
Menurut Ketum PSSI yang juga Menteri BUMN itu, komunikasi itu sangat penting bagi seorang pelatih. Hal inilah yang menjadi kendala serius bagi seorang Shin Tae yong yang hanya bisa berbahasa Korea.
Dengan menguasai bahasa global seperti bahasa Inggris, maka sosok pelatih dengan cepat bisa mengimplementasikan program-programnya dengan baik kepada pemain.
Begitu juga Timnas Garuda membutuhkan seorang Leader yang bisa lebih kreatif dalam menerapkan strategi yang tentu disepakati oleh para pemain. Dengan komunikasi yang baik maka hal tersebut bisa dijalankan oleh skuad asuhannya.
Erick membantah bahwa pemberhentian kontrak kerja sama Shin Tae yong karena adanya desakan intern dan mafia sepak bola. Begitu pula membantah pemberhentian itu karena kegagalan di Piala AFF 2024.
Menurut Erick, evaluasi terhadap Shin Tae yong bukan hanya di ajang Piala AFF 2024 saja, tapi semua kinerjanya terutama di Kualifikasi Piala Dunia 2026 saat menghadapi China yang penuh dengan suasana tidak kondusif saat itu di ruang ganti.
Begitu pula ketika kalah 0-4 dari Jepang di Stadion Gelora Bung Karno pada matchday 5. Sampai-sampai saat itu ada momen terjadinya pertemuan para pemain tanpa melibatkan tim pelatih dan manajer menjelang lawan Arab Saudi pada matchday 6.
Momen-momen tersebut bagi Erick Thohir merupakan indikasi awal ketidak harmonisan dalam skuad Timnas Garuda. Untung saja dalam laga menghadapi Arab Saudi, Marselino Ferdinan dan kolega meraih kemenangan.
Namun disinyalir kemenangan tersebut sebagai buah dari pertemuan khusus para pemain saat itu menjelang laga, dalam menerapkan strategi bermain yang lebih komunikatif.