Lihat ke Halaman Asli

AKIHensa

TERVERIFIKASI

PENSIUNAN sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

"Halal Bi Halal" Tradisi Masyarakat Indonesia

Diperbarui: 2 Mei 2023   06:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Halal bihalal (Foto iStockphoto/Edwin Tan).

Halalbihalal adalah tradisi masyarakat Indonesia yang menjadi momen usai merayakan Hari Lebaran dengan saling memaafkan. 

Momen perayaan Halal Bihalal ini tampaknya hanya ada di Indonesia. Di bagian Dunia Islam lainnya tidak pernah ada perayaan Halal Bihalal seperti yang kerap kali terjadi di Indonesia. 

Makna Halal Bihalal ini adalah adalah kegiatan saling bermaaf-maafan atas kesalahan atau kekhilafan di masa lalu setelah Lebaran. 

Halal Bihalal ini juga bisa diartikan sebagai wujud penyempurnaan ibadah puasa yang telah dilakukan selama sebulan penuh pada Bulan Ramadan. 

Peristiwa Halal Bihalal secara spesifik sebenarnya tidak kita temukan dalam Hadis apalagi dalam ayat-ayat Al Quran. Istilah Halal Bihalal sendiri dalam Bahasa Arab itu tidak ada, mungkin orang Indonesia hanya mengambil kata Halalnya saja sebagai arti dari "Boleh". 

Bisa juga memiliki arti diizinkan dibolehkan dan hal itu berkaitan pada makanan. Dalam halal yang berkaitan dengan Halal Bihalal itu memiliki arti saling memaafkan dan memperpanjang hubungan silaturahim. 

Makna halal bihalal ditinjau dari segi hukum adalah menjadikan sikap yang tadinya haram atau berdosa menjadi halal dan tidak berdosa lagi. 

Hal tersebut dapat tercapai bila syarat taubat terpenuhi. Antara lain menyesali perbuatan, tidak mengulangi lagi, meminta maaf dan selalu saling ridho dalam pergaulan sehari-hari. 

Tradisi halal bihalal tidak dikenal sama sekali di Mekkah maupun Madinah. Tradisi halal bihalal ini dari beberapa telaah pertama kali dirintis oleh Mangkunegara I yang terkenal dengan sebutan Pangeran Sambernyawa. 

Saat itu, untuk menghemat waktu, tenaga, pikiran dan biaya, setelah shalat Idul Fitri, Pangeran Sambernyawa mengadakan pertemuan antara raja dengan para punggawa dan prajurit secara serentak di Balai Istana. 

Sejak itulah budaya Halal bihalal terus berlangsung secara turun temurun. Bahkan ada momen sungkeman yang dalam budaya Jawa, seseorang yang sungkem kepada orang yang lebih tua adalah suatu perbuatan yang terpuji. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline