Lihat ke Halaman Asli

AKIHensa

TERVERIFIKASI

PENSIUNAN sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

Shin Tae-yong dan "Lingkaran Setan" Sepak Bola Indonesia

Diperbarui: 10 Januari 2023   16:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Shin Tae yong gagal bawa Indonesia ke final Piala AFF 2022 (Foto Antara/Aditya Pradana Putra via Kompas.com).

Shin Tae yong bersama Timnas Garuda akhirnya harus mangakui keunggulan Vietnam dalam laga semifinal leg kedua di Stadion My Dinh Hanoi, Senin (9/1/23).

Kekalahan 0-2 Timnas Indonesia dari tuan rumah Vietnam memupuskan harapan rakyat Indonesia sekaligus pupusnya target juara Piala AFF 2022. Vietnam unggul agregat 2-0 atas Indonesia dan berhak lolos kefinal Piala AFF 2022. 

Kita tidak perlu berlebihan menyikapi kekalahan ini. Adalah satu hal yang biasa dalam suatu turnamen mengalami kekalahan. Brasil, Spanyol, Italia dan Jerman saja ketika mereka kalah dalam suatu turnamen, mereka biasa saja. 

Mereka bahkan kembali berbenah untuk menghadapi pertandingan berikutnya. Mereka juga selalu memperbaiki segala kekurangan dengan menyempurnakannya. 

Apakah Shin Tae-yong Harus Out?

Apakah dengan kegagalan meraih target juara Piala AFF 2022, pelatih Shin Tae-yong harus dipecat? Atau meminta dia mengundurkan diri? 

Tampaknya itu bukan solusi. Memangnya mudah jadi pelatih sepak bola. Rame-rame netizen menyalahkan Shin Tae-yong harus out. Menjadi pelatih Timnas Indonesia itu tantangannya sangat  berat. Terutama kalau Timnas Kalah harus siap mental dapat nyinyiran. 

Shin Tae-yong out bukan solusi karena tidak akan menyelesaikan masalah yang ada. Siapapun pelatih Timnas Indonesia selama masalah mendasar belum mendapatkan pembenahan berarti, maka masalah tersebut akan kembali muncul. 

Pondasi sepak bola kita belum kuat dan kokoh. Pelatih sekaliber Pep Guardiola saja mungkin tidak mampu mencapai target juara Piala AFF selama pondasi sepak bola kita seperti sekarang ini. 

Pengurus PSSI sendiri hanya memiliki program yang instan yaitu juara pada sebuah turnamen. Bahkan mereka para oknum pengurus federasi itu juga kerap kali menggunakan PSSI hanya sebagai batu loncatan untuk kepentingan jabatan politik. 

Anehnya ketika Timnas gagal dalam suatu turnamen, barulah mata mereka terbuka. Anehnya lagi yang menjadi kambing hitam adalah pelatih. Lalu ganti pelatih, lalu gagal lagi, lalu ganti dengan pelatih baru. Begitulah seterusnya seperti lingkaran setan. 

Shin Tae-yong, pelatih Timnas Indonesia (Foto PSSI). 

Lalu bagaimana dengan Timnas Garuda yang gagal lolos ke final Piala AFF 2022? Ya. Harusnya biasa saja tidak perlu berlebihan melakukan kritik kasar apalagi nyinyir. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline