Anindia Nilajuwita melemparkan tubuh rampingnya ke atas sofa bed empuk. Malam Minggu yang sendu bagi gadis berusia 30 tahun itu. Dirinya tidak melakukan kegiatan apapun.
Bahkan akhir pekan yang biasanya pulang ke Bogor, kali ini Anin tetap berada di Apartemennya yang berada sekitar Kawasan Sudirman Jakarta.
Setiap harinya Anindia rutin dari Apartemennya pergi ke Kantor Kementerian Lingkungan Hidup melalui Tol Dalam Kota menuju Gatot Subroto.
Atau pada Jumat sore biasanya Anin sudah meluncur menuju Bogor melalui jalan tol yang sama untuk berakhir pekan di Kota Kelahirannya.
Gadis berdarah Sunda berkulit putih bersih ini tidak tahu apa yang dia rasakan. Mengapa setiap saat pulang ke Bogor selalu ada rasa rindu kepada Prasaja.
Namun pada saat dia tidak pulang ke Bogor, perasaan rindu itu juga malah semakin mendera hatinya. Baginya Prasaja adalah cinta sejatinya. Tidak mudah melupakannya.
Anindia mengenakan pakaian tidur berwarna putih dengan renda-renda di seputar tangan dan lehernya yang jenjang, gadis ini masih berbaring menatap langit-langit kamar.
Kedua matanya yang indah itu tajam menatap seakan begitu banyak momen-momen indah bersama Prasaja semasa SMA dulu.
Atau juga masih terngiang godaan Renata Utami, kawan karibnya di kelas yang kebetulan juga adik bungsu Prasaja.
Saat itu Renata tahu benar kalau Anin sudah lama mencintai kakaknya. Meskipun selama ini tidak pernah diutarakan langsung.