Lihat ke Halaman Asli

AKIHensa

TERVERIFIKASI

Pensiunan sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

Puasa Ramadan dan "Curhat" Seorang Lansia

Diperbarui: 18 April 2022   21:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi by Pixabay/Esam Hussein

Apabila bulan Ramadan tiba, semua pintu surga dibuka dan pintu-pintu neraka ditutup, setan-setan dibelenggu.  Lalu seorang Malaikat berseru, 'wahai pencari kebaikan, teruskanlah. Dan wahai pencari kejahatan, hentikanlah.'  (HR Bukhari dan Muslim). 

Puasa pada hakekatnya mengandung ajaran luhur dalam diri kita yaitu pencegahan diri atau memupuk kemampuan untuk menahan diri. Oleh sebab itu puasa adalah amalan yang sifatnya sangat rahasia, hanya diketahui antara Allah dan hambaNya. 

BACA JUGA : Puasa Ramadan dan Tolerasi Antar Kita. 

Sebagai seorang yang sudah lanjut usia (Lansia), sangat memahami benar betapa pentingnya setiap Ramadan yang hadir setiap tahun. Banyak kenangan yang hadir kembali seakan kejadian itu terasa baru kemarin. 

Sebuah kenangan ketika Ibunda berulang tahun yang ke-80. Ternyata itu adalah ulang tahun beliau yang terakhir yang dihadiri dalam acara syukuran bersama keluarga. 

Sosok Ibu yang pertama kali mengajarkan berpuasa pada masa kecil dulu. Ada yang namanya puasa bedug yaitu berpuasa hanya hingga waktu Zuhur. 

Itulah pertama kali Ibuku mengenalkan puasa pada masa kecilku. Masa-masa dimana seorang Ibu memberikan bimbingan spiritual yang sangat penting bagi kehidupan anak-anaknya. 

Bimbingan Ibu telah menjadikan seorang anak memiliki karakter terpuji. Memegang teguh keyakinan tauhid kepada Yang Maha Esa. Begitu pula selalu menjunjung tinggi rasa hormat kepada sesama.

Ibu selalu membimbingku selama bulan puasa mengikuti kegiatan tarawih, membaca Al Quran. Begitu pula selalu membangunkanku untuk makan sahur. 

Ramadan bagiku adalah kenangan-kenangan tentang Ibu. Tentang petuah-petuahnya. Tentang disiplin kerasnya dalam beribadah. Tentang kasih sayangnya dalam membimbing. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline