"Selamat pagi Hen!" Ucapan lembut pada momen pagi yang sejuk. Bukan hanya sekedar sapaan lembut juga dengan diiringi senyum manis gadis berambut panjang bernama Zairina Denawanti.
Pagi itu ruangan kelas 3 IPA2 masih sepi. Hendarno sebagai Ketua Kelas harus selalu datang sepagi mungkin untuk memastikan teman-temannya yang piket bertugas dengan baik. Kebetulan Zairina hari itu bertugas piket sehingga bertemu Hendarno.
"Hen, nanti malam Minggu, kamu bisa datang di pesta ulang tahunku ya." Ajak Zairina.
"Iya Rin. Tapi gak janji ya."
"Gak usah janji. Kamu datang aja gak pake janji gak apa-apa," suara Zairina dengan suara menggoda diirngi senyumnya yang selalu manis di hati Hendarno.
BACA JUGA : Puisi: Kesendirian di Tengah Keheningan Dini Hari.
Sejak SMP sebenarnya Hendarno sangat terkesan kepada Zairina, putri tunggal dari Kepala Polisi di Kotanya. Namun hingga kelas tiga SMA ini dirinya masih belum berani "nembak" gadis berparas cantik berpostur semampai itu.
Zairina bukan hanya cantik tetapi dia juga siswa yang pintar. Prestasinya di kelas selalu bersaing dengan Hendarno terutama pada pelajaran Matematika.
Hendarno masih merasakan keraguan mengemukakan perasaannya kepada Zairina. Pemuda itu hanya sekedar tahu diri saja dari mana dirinya berasal.
Ayah Hendarno hanya seorang pegawai di Kecamatan dan Ibunya sosok seorang Guru SD, jabatan yang biasa saja. Sementara Zairina anak gadis petinggi Kepolisian di Kotanya. Perbandingan strata yang sangat jomplang.