Lihat ke Halaman Asli

AKIHensa

TERVERIFIKASI

Pensiunan sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

Cerpen: Cinta Hitam

Diperbarui: 13 Februari 2021   15:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Foto Pixabay

Aku masih ingat ketika Mikayla berlari menyambutku untuk memeluk erat sekali. Saat itu gadis cantik ini baru saja terbebas dari kasus prostitusi online yang menyeretnya ke ranah hukum.

BACA JUGA : 

Imlek Bersama Senyum Mikayla

Kisah Cinta Jomblo Pesantren

Isak tangisnya tidak bisa dibendung. Aku hanya terpana tak mampu bicara sepatah katapun. Benar-benar membisu karena pelukan itu.

Seumur hidupku ini, untuk pertama kalinya aku dipeluk seorang wanita yang bukan muhrim. Maklum aku ini anak bungsu dari seorang KH Ahsan Ghufron, pemilik Pesantren Darul Madinah.

Hendarno Al Ghufron, nama bapakku melekat pada namaku. Sebagai anak pesantren tentu saja harus ingat dan patuh pada ajaran agama, tidak diperkenankan menyentuh wanita yang bukan muhrim.

Saat itu maka aku dengan halus melepaskan pelukan Mikayla sambil membujuk agar jangan menagis. Kukatakan pelan agar dirinya mensyukuri saja dengan kejadian yang amat berharga dalam hidupnya.

Sahabat Mikayla di kampus ini, mungkin hanya Tiffany yang selalu memahami latar belakangku yang sejak kecil berada di lingkungan Pesantren. Bapakku adalah pendiri dan pemilik Pesantren yang mengasuh para santri.

Bagi Tiffany, wajar jika aku tidak mengenal seluk beluk dunia "pacaran" yang memang tidak diperbolehkan di kalangan para santri. Gadis Tionghoa cantik ini juga memaklumi jika aku selalu gugup saat bergaul dengan seorang gadis.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline