Lihat ke Halaman Asli

AKIHensa

TERVERIFIKASI

Pensiunan sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

Cerpen: Melepas Belenggu

Diperbarui: 7 Februari 2021   15:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Foto by Pixabay

Di depan teras rumah itu, Mikayla Angela sudah menungguku. Dia berlari menyambut untuk memelukku erat sekali. Isak tangisnya tidak bisa dibendung. Aku hanya terpana tak mampu bicara sepatah katapun. Benar-benar membisu. Bisunya seorang Jomlo Pesantren.

BACA JUGA : 

Cinta Hitam

Kisah Cinta Jomlo Pesantren

Kota Bandung pagi ini begitu dingin. Udaranya menusuk setiap pori-pori tubuhku. Sementara di luar, hujan rintik-rintik dan sedikit hembusan angin bisa kunikmati sambil duduk menghirup segelas kopi hitam yang masih panas, mengepulkan asapnya yang beraroma khas.

Kantin Rumah Sakit sepagi ini juga memang masih sepi. Akupun rutin menyantap sarapan nasi goreng sambil menikmati tayangan berita televisi.

Ada kudeta militer di Myanmar dimana Presiden dan Perdana Menteri mereka ditahan oleh kubu militer. Kudeta mengerikan yang rasanya tidak mungkin terjadi di negeri kita ini. Semoga.

Juga berita isu kudeta Partai Demokrat oleh oknum dari lingkaran Istana, katanya. Satu kudeta Negara satu lagi kudeta partai. Lucu juga berita televise ini.

Tapi akhirnya aku tidak tertarik dengan berita politik itu. Running text di bawah tayangan televisi itu jauh lebih menarik perhatianku.

Polisi berhasil mengungkap praktik protitusi online dengan menangkap seorang perantara yang selama ini menjadi buron. LM demikian inisial mucikari ini, berhasil diamankan di sebuah hotel.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline