Lihat ke Halaman Asli

AKIHensa

TERVERIFIKASI

Pensiunan sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

Cerpen: Dinding Gereja Itu Terlalu Terjal

Diperbarui: 21 Desember 2021   09:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Foto Pixabay

Kamu memang selalu menjadi istimewa di hatiku. Terutama setiap Desember tiba. Kini kita sudah kembali bersua dengan Desember ketika semua bunga mekar mewangi di Taman Gereja Katedral Santo Petrus itu.

Kamu setiap Minggu pagi pasti sudah di sana menungguku hanya ingin sekedar bertemu sesaat. 

"Selamat pagi Kayla!" Sapamu. Aku membalas dengan senyum yang aku ukir semanis dan sesayang seperti cintaku. 

Lalu Kamu biasanya menyematkan setangkai bunga melati di telinga kananku. 

"Bagaimana misamu pagi ini?" Tanyamu. 

"Banyak pesan luhur bagi kedamaian Bumi ini." 

"Syukurlah semoga juga bisa mendamaikan hatiku." Katamu. 

Aku tertunduk mendengar ucapanmu karena pasti Kamu merasa tidak mendapatkan kedamaian ketika cinta kita tidak dapat restu dari orang tuaku. 

Dinding Gereja itu terlalu terjal jika harus aku daki. Bahkan mungkin jika saja kita bisa bisa mendaki bersama namun tetap saja, Kamu tidak mungkin bisa menggapai cinta itu. 

"Hen. Maafkan aku." Aku masih tertunduk dan Kamu mencoba memberikan kekuatan. Kamu menyentuh kedua pipiku penuh kasih. Dibiarkannya mataku memandang wajahmu. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline