Hujan malam itu semakin deras. Suara petir menggelegar menyambar tepat di atasku. Aku hanya terpaku tak bergerak diam membisu. Aku kehilangan diriku.
Tumpukan skripsi dan thesis yang harus aku revisi, tergeletak begitu saja di meja kerjaku. Begitu pula beberapa kertas kerja dan makalah yang dalam dua hari ini masih terbengkalai, menunggu sentuhan karena tenggat waktunya sudah semakin dekat.
BACA JUGA : Dialog
Meja kerjaku berantakan tidak karuan. Padahal aku biasanya selalu merapikan meja sebelum pulang. Namun beberapa hari ini, kebiasaan baik itu hilang. Efek psikologis dari hati yang sedang risau.
Saat ini sudah memasuki Oktober, saatnya musim hujan tiba. Jika pagi hari sampai siang panas terik, maka ini pertanda sore harinya hujan turun. Sudah tiga hari ini Surabaya diguyur hujan setiap sore.
Suasana Kampus sudah sepi karena memang hari sudah malam. Hujan sudah reda sejak tadi dan hanya tersisa beberapa genangan air yang mungkin meluap dari saluran yang penuh dengan sampah.
Aku menuju tempat parkir dan hanya ada beberapa saja mobil dan motor yang masih parkir di tempatnya. Aku mulai menyalakan starter mobil, tetapi sampai berkali-kali tetap tidak berhasil. Ada yang tidak beres dengan mobil ini.
Aku mencoba membuka kap mesin. Tiba-tiba di belakangku Audray Lin menyapaku. Audray berlindung di bawah payung dari gerimis kecil yang tersisa. Mahasiswi program profesi Apoteker ini adalah bimbinganku dalam menyusun tugas akhir.
"Pak Alan kenapa mobilnya? Sudah ditinggal saja biar aku antar Pak Alan."
Audray Lin menawarkan jasa baiknya. Tidak berfikir panjang akhirnya aku menerima tawaran gadis cantik molek ini. Gadis semampai ini mengenakan pakaian yang terlalu cerdas untuk memamerkan ke elokan tubuhnya.