Lihat ke Halaman Asli

AKIHensa

TERVERIFIKASI

Pensiunan sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

Cerpen: Cintaku di Titik Nadir, Benarkah?

Diperbarui: 22 September 2020   03:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Foto Pixabay

Sebulan yang lalu ketika aku sempat berbincang, Kinanti sudah menetapkan pilihan untk menolak lamaran Eko. Aku merasa begitu lega.  

"Kau tahu Alan mengapa aku menolak Eko? Karena sebenarnya Eko sedang dekat dengan Irma, rekan dosen di Fakultas lain. Irma rekan dosennya walaupun usianya sudah berumur namun dia masih gadis," suara Kinanti menjelaskan.

BACA JUGA : Lamaran

Saat itu aku sebenarnya merasakan bahwa Kinanti tidak ingin menerima lamaran Eko Priyotomo, rekan Dosen di Kampusnya untuk menjadi suaminya.

"Ya Kinan memang harus tegas jika tidak katakan tidak jika ya katakan ya. Aku jarang menemukan wanita setegas dirimu," kataku memuji Kinanti.

Anehnya keputusan Kinanti ini membuat hatiku merasa lega seolah olah aku tidak jadi kehilangan Kinanti.

"Hai Alan aku kok merasakan nada bicaramu seperti bersorak gembira karena aku menolak lamaran Mas Eko." Kata Kinanti mulai bercanda.

"Hah apa betul? Mungkin ya mungkin juga tidak. Namun jujur saja, mendengar berita ini aku seperti menemukan kembali sahabatku yang hilang."

"Memang sahabatmu hilang dimana?" Tanya Kinanti.

Mendengar ini aku hanya tertawa dan Kinantipun ikut dalam tawa yang lepas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline